Mohon tunggu...
artha senna
artha senna Mohon Tunggu... Editor - Editor

Suka bepergian. Editor lepas

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kereta Cepat, Bener Cepatnya

14 November 2023   13:55 Diperbarui: 14 November 2023   14:12 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Running text kecepatan kereta 348 km/jam (dok. pribadi)

Senin (13/11) sore, perjalanan saya lanjutkan ke Bandung. Pesan tiket kereta biasa dari Gambir sudah tak memungkinkan. Karena hari itu, sejak pagi hingga siang ketemuan dengan orang menyita waktu. Maka saya mempertimbangkan untuk gunakan moda transportasi lain menuju tujuan. Masih timbang-timbang, tiba-tiba saya dipesankan Kereta Cepat Whoosh. Ahh, saya beruntung, karena di paginya, saya mengecek semua tempat duduk habis. 

Maka selepas pukul 15.00 WIB saya bersiap-siap menuju Stasiun Halim, stasiun Kereta Cepat Whoosh yang dari tol Cipularang nampak jelas. Santernya Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) sudah jadi perbincangan warga dan banyak orang yang ingin merasakannya. Sejak diresmikan Presiden Jokowi tahun ini, kereta cepat Whoosh atau kepanjangan dari Waktu Hemat Operasi Optimal Sistem Hebat, animo masyarakat tinggi. Dan ketika promo bulan November ini, lonjakan penumpang cukup pesat sehingga jumlah perjalanan ditambah. 

Menurut General Corporate Secretary KCIC, Eva Chairunisa, penambahan Kereta Cepat Whoosh dari sebelumnya berjumlah 28-32 perjalanan menjadi 36 perjalanan. Dari tiap 51 menit di akhir pekan jadi rata-rata tiap 40 menit sekali. Benar memang saat saya tiba di Stasiun Halim, penumpang cukup banyak.

Tiket KC Whoosh (dok. pribadi)
Tiket KC Whoosh (dok. pribadi)

Tiket yang tertera di tangan saya perjalanan G1141 dengan waktu keberangkatan pukul 16.45 WIB dan tiba di Stasiun Padalarang pukul 17.15 WIB.  Artinya dari Jakarta ke Bandung hanya 30 menit ! Nah, ini harus dibuktikan.

Sebelum masuk ke gerbong, seperti biasa, saya foto-foto lebih dulu. Dan, seperti umumnya penumpang lain, juga melakukan hal yang sama. Ini jadi bukti jejak digital yang sahih bahwa pernah menumpang Whoosh. 

Mesin cetak untuk tiket KC Whoosh (dok. pribadi)
Mesin cetak untuk tiket KC Whoosh (dok. pribadi)

Masih ada waktu 1 jam sebelum naik ke kereta. Saya berkeliling mulai dari lantai bawah hingga lantai dua ruang tunggu dan lantai 3 di mana kereta cepat itu berada. Di lantai 1, banyak penumpang yang mencari bagaimana mencetak tiket mereka. Tapi ada juga yang sudah digital dengan men-scan lewat gajet mereka. Untuk hal ini tak soal bagi saya. Saya memilih bertanya ke petugas perempuan yang saya temui dan ia mengarahkan saya untuk mencetak tiket pada jejeran mesin yang tersedia. Mudah di tahap ini. 

Lepas itu, saya berkeliling ke lantai satu itu. Ada sejumlah booth makanan yang menyediakan dagangannya ke calon penumpang. Ada juga toko-toko yang bertuliskan opening soon. Ahh, ini stasiun bakal tambah ramai di beberapa bulan mendatang. Puas di lantai satu, saya naik ke lantai dua. Hampir mirip, namun di lantai dua ini ada tempat duduk yang disediakan bagi penumpang di bagian depan pintu masuk sebelum naik ke lantai tiga. Di bagian luar juga terdapat booth-booth jajanan. Saya membeli air jeruk dingin dan mengajak ngobrol si penjualnya. 

Ruang tunggu di lantai 2 (dok. pribadi)
Ruang tunggu di lantai 2 (dok. pribadi)

"Saya di sini pegawai aja sih. Pengelolanya ada 3 , salah satunya Sarinah dan pihak pengelola kereta cepat ini," kata mbanya sambil menunjukan apron yang ia kenakan. Wah, secara manajemen bagus juga karena dikelola seperti pusat jajanan di Sarinah. "Semua serba online, tapi ada juga yang cash," tambah mba menyodorkan minuman yang saya pesan. 

Gerbong kereta cepat dan petugas yang siap menyambut (dok. pribadi) 
Gerbong kereta cepat dan petugas yang siap menyambut (dok. pribadi) 

15 menit sebelum kereta berangkat saya mendengar pengumuman lewat pengeras suara yang suaranya terdengar jelas di seantero ruangan lantai dua. Saya bergegas menghabiskan minuman dingin saya dan ikut antre di depan pintu masuk. Tas ransel saya dimasukan dalam alat scanning dan setelah lolos, saya kebali antre untuk memasukan tiket. Tiket saya masukan di alat pintu otomatis dan ...flop! muncul di bagian tengah. Lalu saya cabut tiketnya dan pintu tiket terbuka dengan indikasi warna hijau. 

Bersama cukup banyak penumpang, naik ke lantai tiga dengan elevator. Petugas di kereta yang berdiri di samping pintu masuk gerbong sudah menyambutnya dengan senyuman manis dan mengarahkan gerbong sesuai tiket yang tertera. 

Saya melangkah ke gerbong nomer dua dari depan dan menduduki tempat duduk sesuai tiket. Penumpang yang lain juga sama seperti saya. Ada pula penumpang yang sebelum duduk sudah memvideokan ketika mereka masuk, memfoto dalam kereta dan juga bicara. Saya duga mereka sedanag live, entah di aplikasi apa. Yang jelas riuh suasana di dalam gerbong. Tapi semua wajah, seperti senang bisa masuk dalam kereta.

Saya duduk di bangku saya dan tepat pukul 16.45 WIB, kereta jalan. Ada pengumuman oleh petugas tapi saya acuhkan karena saya ingin melihat kecepatan kereta yang tertera dalam running teks. Mulai kecepatan 10 km, 90 dan seterusnya. Setelah kereta sudah jalan 15 hingga 20 menit, saya memotret running text itu yang menunjukan 240 km/jam dan terus naik hingga 350 km lebih. 

Running text kecepatan kereta 348 km/jam (dok. pribadi)
Running text kecepatan kereta 348 km/jam (dok. pribadi)
 

Benar saja. Kereta Cepat Whoosh ini memang benar cepat. Rasanya saya ingin tidur untuk menikmati getaran halus tapi kok ya sayang. Maka saya tak jadi tidur. 

Sebelah saya, seorang bapak sejak kereta bergerak tak henti-hentinya buat video dan foto dan saya enggan untuk mengganggunya. Sebelah kiri saya dan di bagian depan juga melakukan hal yang sama. Saya juga masih mendengar pembicaraan sejumlah penumpag di gerbong itu, cepat ya. Dan tak terasa gerakannya. 

Jelang mendekati Stasiun Padalarang saya melihat runnning text mulai surut kecepatannya dari 350 km, turun menjadi 320, 300, 290, 270 dan terus hingga pengumuman yang menyebut sebentar lagi penumpang akan tiba di stasiun akhir. 30 menit! tepat.

Sebelum kereta benar-benar berhenti, banyak penumpang yang berdiri dari tempat duduknya untuk siap-siap turun. Ini agak bahaya ya dan terlihat tidak sabar untuk berdiri sampai kereta benar-benar berhenti. Di pesawat juga saya sering jumpai hal yang sama. Kita memang senangnya buru-buru ya. Tapi tidak semua penumpang melakukan hal itu, ada juga yang masih duduk untuk memastikan kereta berhenti dengan sempurna. Di luar, cuaca mendung. Dan benar saja, tak lama kereta berhenti hujan lebat turun. 

Saya ikut turun dan melanjutkan perjalanan ke Stasiun Bandung dengan kereta feeder yang disediakan. Kereta feeder ini disediakan secara gratis untuk penumpang yang menuju Stasiun Bandung. 

Saya harus akui, kereta cepat ini memang cepat.  

 

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun