"Saya di sini pegawai aja sih. Pengelolanya ada 3 , salah satunya Sarinah dan pihak pengelola kereta cepat ini," kata mbanya sambil menunjukan apron yang ia kenakan. Wah, secara manajemen bagus juga karena dikelola seperti pusat jajanan di Sarinah. "Semua serba online, tapi ada juga yang cash," tambah mba menyodorkan minuman yang saya pesan.Â
15 menit sebelum kereta berangkat saya mendengar pengumuman lewat pengeras suara yang suaranya terdengar jelas di seantero ruangan lantai dua. Saya bergegas menghabiskan minuman dingin saya dan ikut antre di depan pintu masuk. Tas ransel saya dimasukan dalam alat scanning dan setelah lolos, saya kebali antre untuk memasukan tiket. Tiket saya masukan di alat pintu otomatis dan ...flop! muncul di bagian tengah. Lalu saya cabut tiketnya dan pintu tiket terbuka dengan indikasi warna hijau.Â
Bersama cukup banyak penumpang, naik ke lantai tiga dengan elevator. Petugas di kereta yang berdiri di samping pintu masuk gerbong sudah menyambutnya dengan senyuman manis dan mengarahkan gerbong sesuai tiket yang tertera.Â
Saya melangkah ke gerbong nomer dua dari depan dan menduduki tempat duduk sesuai tiket. Penumpang yang lain juga sama seperti saya. Ada pula penumpang yang sebelum duduk sudah memvideokan ketika mereka masuk, memfoto dalam kereta dan juga bicara. Saya duga mereka sedanag live, entah di aplikasi apa. Yang jelas riuh suasana di dalam gerbong. Tapi semua wajah, seperti senang bisa masuk dalam kereta.
Saya duduk di bangku saya dan tepat pukul 16.45 WIB, kereta jalan. Ada pengumuman oleh petugas tapi saya acuhkan karena saya ingin melihat kecepatan kereta yang tertera dalam running teks. Mulai kecepatan 10 km, 90 dan seterusnya. Setelah kereta sudah jalan 15 hingga 20 menit, saya memotret running text itu yang menunjukan 240 km/jam dan terus naik hingga 350 km lebih.Â
Â
Benar saja. Kereta Cepat Whoosh ini memang benar cepat. Rasanya saya ingin tidur untuk menikmati getaran halus tapi kok ya sayang. Maka saya tak jadi tidur.Â
Sebelah saya, seorang bapak sejak kereta bergerak tak henti-hentinya buat video dan foto dan saya enggan untuk mengganggunya. Sebelah kiri saya dan di bagian depan juga melakukan hal yang sama. Saya juga masih mendengar pembicaraan sejumlah penumpag di gerbong itu, cepat ya. Dan tak terasa gerakannya.Â
Jelang mendekati Stasiun Padalarang saya melihat runnning text mulai surut kecepatannya dari 350 km, turun menjadi 320, 300, 290, 270 dan terus hingga pengumuman yang menyebut sebentar lagi penumpang akan tiba di stasiun akhir. 30 menit! tepat.
Sebelum kereta benar-benar berhenti, banyak penumpang yang berdiri dari tempat duduknya untuk siap-siap turun. Ini agak bahaya ya dan terlihat tidak sabar untuk berdiri sampai kereta benar-benar berhenti. Di pesawat juga saya sering jumpai hal yang sama. Kita memang senangnya buru-buru ya. Tapi tidak semua penumpang melakukan hal itu, ada juga yang masih duduk untuk memastikan kereta berhenti dengan sempurna. Di luar, cuaca mendung. Dan benar saja, tak lama kereta berhenti hujan lebat turun.Â