Mohon tunggu...
Artha Doank
Artha Doank Mohon Tunggu... -

Positif Thinking

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jakarta Melek Pendidikan

26 Juli 2012   11:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:36 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_189793" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi : udien.blogspot.com"][/caption] Pendidikan adalah jembatan yang akan menjadi penentu Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang berkualitas. Jika kualitas manusianya baik, maka diharapkan pembangunan perkotaan juga bisa lebih baik dalam mencari solusi dan memecahkan suatu permasalahan. Sebut saja Dimas, tetanggaku yang mengalami kesulitan untuk sekolah karena himpitan ekonomi keluarganya. Dimas yang mestinya sudah masuk Sekolah Dasar diusianya yang menginjak 6 tahun, namun orang tuanya cemas karena memikirkan biaya, ditambah lagi biaya masuk SLTP untuk kakaknya, belum lagi biaya adik-adiknya yang masih kecil. Dengan bantuan informasi dari masyarakat, akhirnya orang tua Dimas bisa terbantu oleh program Pemprov DKI yang  masa jabatannya sejak tahun 2007 lalu danberhasil mencanangkan program Wajib Pendidikan 9 tahun, serta memberikan gratis bantuan dana pendidikan , Biaya Operasional Pendidikan ( BOP ), Bantuan Operasional Buku ( BOB ), bantuan beasiswa rawan putus sekolah, Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ). Dengan terus meningkatkan anggaran untuk pendidikan, pada tahun 2007 alokasi pendidikan baru mencapai 20,2% dari total APBD, namun pada tahun 2011 lalu meningkat menjadi 8 Triliun atau lebih dari 26% dari APBD sebesar Rp 31,7 triliun dan tahun ini dinaikkan lagi menjadi Rp 9,78 triliun atau 28,93% dari APBD-P Rp 41 triliun. Angka ini diatas ketentuan pemerintah sebesar 20%. Semua dana itu digunakan untuk berbagai program, termasuk bantuan tunai kepada siswa lewat BOP, BOB dan beasiswa bagi mereka yang rawan putus sekolah dari keluarga tidak mampu. Dana yang digunakan tidak sia-sia, melihat akses warga Jakarta di bidang pendidikan anak-anak usia SD kini mencapai 103,86%, SMP sebesar 109,63% dan SMA/SMK sebesar 89,59%, terbukti daya serap penduduk usia sekolah warga Jakarta sangat  tinggi. Secara umum, tingkat pendidikan masyarakat cukup tinggi disbanding provinsi lain,penduduk Jakarta dengan rata-rata lama bersekolah hingga tahun 2010 adalah 10,9 tahun, tertinggi di bandingkan dengan daerah lain. Hal ini menunjukkanpenduduk Jakarta rata-rata sudah menamatkan sekolah paling tidak sampai Sekolah Menengah Pertama. Program wajib belajar 9 tahun di DKI Jakarta rupanya memberi konstribusi yang cukup signifikan dalam presentase angka partisipasi sekolah pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Data sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan sekitar 90% warga Jakarta usia 5 tahun hingga 15 tahun masih aktif bersekolah. seperti dikutip dari inilah.com Betapa senangnya orang tua Dimas  karena persoalan ingin menyekolahkan anaknya bisa terwujud, dan pagi itu juga orang tua Dimas langsung mendaftarkan putranya untuk sekolah. Sepulangnya dari sekolah dengan riang gembira beliau menceritakan bahwa semua siswa dibebaskan uang pendaftaran dan SPP. Senang saya mendengar berita itu, karena dengan adanya program ini anak bangsa terselamatkan dari kebodohan. Horeeee…..Dimas pun kini merasa senang  bisa bersekolah dan punya banyak teman, hidup di Jakarta ternyata tidak semuanya sulit dan sudah terbukti keberhasilan Pemprov DKI melalui pendidikan. Kini sebagian warga Jakarta Melek Pendidikan, dimana sebagian dari anak-anak bangsa yang mengalami kesulitan untuk sekolah, kini sudah teratasi. Harapan saya kedepan semoga program Foke untuk mencerdaskan warga Jakarta bisa berkelanjutan dan tidak terhenti oleh suatu hal apapun. Karena pendidikan itu penting untuk dikenyam oleh anak-anak bangsa sebagai generasi penerus . Pengalaman saya dulu ketika jamannya waktu masih sekolah, untuk biaya masuknya saja mahal, belum lagi SPP tiap bulan yang selalu menjadi beban buat keluarga kami, maklum kami hanya keluarga yang pas-pasan untuk makan saja. Jadi  untuk SPP tiap bulan saja kami terpaksa minta surat dari RT dan RW yang menyatakan bahwa saya dari kalangan orang yang tidak mampu. Meskipun waktu itu saya masih kecil, tapi saya sudah bisa merasakan tidak percaya diri dan merasa minder karena beda dari yang lain dari segi pembayaran, tapi apa mau di kata kenyataannya memang saya tidak mampu. Semoga di jaman yang serba canggih ini tidak ada lagi yang mengalami seperti saya yang kesulitan dengan biaya sekolah. *** Salam Pendidikan. :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun