Mohon tunggu...
Arta Yenta Harefa
Arta Yenta Harefa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana/ NIM (43223010204)

Mahasiswa Sarjana S1-Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kuis 3 - Ranggawarsita Tiga Era, Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu, dan Fenomena Korupsi di Indonesia

30 Oktober 2024   23:27 Diperbarui: 31 Oktober 2024   07:13 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah Kalasuba berasal dari dua kata Sansekerta, yaitu "Kala" yang berarti waktu atau masa, dan "Suba" yang yang berarti keindahan atau ketidaksucian tergantung konteksnya. Namun dalam hal ini, Ranggawarsita menggunakan makna "ketidaksucian" atau "kehancuran". Era Kalasuba dianggap berawal dari ketika pengaruh kolonial Belanda semakin mendalam, membawa budaya dan aturan Barat yang bertentangan dengan tradisi Jawa. Masa ini juga dimana rakyat merasakan ketidakpastian dan ketidakadilan akibat dari  kebijakan kolonial yang sangat menindas dan menyebabkan kemiskinan di kalangan masyarakat pribumi.

Ranggawarsita melihat Kalasuba sebagai masa ketika orang tidak lagi hidup dalam harmoni dan tata tertib adat yang sebelumnya terjaga. Banyak nilai moral yang dirusak oleh pengaruh luar, serta hadirnya individualisme dan materialisme yang tidak dikenal dalam budaya Jawa tradisional. Pada zaman ini masyarakat  digambarkan mengalami kebingungan identitas serta cenderung hidup dalam kepalsuan, munafik, dan kehilangan arah hidup.

Ranggawarsita mengkritik pemerintahan kolonial yang dianggapnya sebagai sumber kerusakan tatanan moral masyarakat. Ia juga mengkritik kelompok elit Jawa yang dianggap lebih mementingkan keuntungan pribadi daripada kesejahteraan rakyat, menjadi "budak" budaya asing, dan semakin jauh dari ajaran leluhur. Melalui karya-karyanya, Ranggawarsita berusaha untuk membangkitkan kesadaran serta mengingatkan masyarakat agar tidak terseret terlalu jauh dalam pengaruh negatif dari perubahan zaman.

Era Kalatidha

Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB

Era Kalatidha diperkenalkan oleh pujangga besar Jawa, Ranggawarsita, melalui karyanya yang berjudul Serat Kalatidha. Dalam bahasa Jawa, Kalatidha berasal dari kata "kala" yang berarti waktu dan "tidha" yang berarti penuh keraguan atau ketidakpastian. Secara umum, Kalatidha menggambarkan era ketidakpastian dan keprihatinan yang dirasakan Ranggawarsita saat melihat kondisi sosial, politik, dan budaya Jawa pada zamannya. 

Era Kalatidha ini muncul ketika kondisi sosial dan politik di tanah Jawa sedang dalam masa sulit, terutama karena pengaruh kekuasaan kolonial Belanda yang kuat. Di tengah perubahan besar yang terjadi, masyarakat Jawa menghadapi kebingungan identitas akibat benturan antara nilai tradisional Jawa dan nilai-nilai yang dibawa penjajah. 

Ranggawarsita menggambarkan Kalatidha sebagai masa di mana masyarakat Jawa hidup dalam ketidakpastian. Rasa aman yang dulu dirasakan dalam harmoni adat Jawa mulai hilang. Nilai-nilai lama yang dulu dijunjung tinggi kini terkikis oleh pengaruh luar. Pada zaman ini, Ranggawarsita melihat bahwa banyak orang tidak lagi hidup sesuai nilai moral dan spiritual leluhur. Pengaruh kekuasaan asing, modernisasi yang tidak seimbang, dan hilangnya jati diri masyarakat menyebabkan rakyat menjadi krisis identitas.

Serat Kalatidha ditulis dalam bentuk tembang atau syair yang penuh makna filosofis. Teks ini mengungkapkan rasa prihatin, pesimisme, dan kekhawatiran Ranggawarsita terhadap masa depan masyarakat Jawa. Ranggawarsita dalam Serat Kalatidha mengkritik kebijakan kolonial Belanda yang menyengsarakan rakyat. Ia juga menyindir kalangan bangsawan yang lebih mementingkan keuntungan pribadi daripada kesejahteraan rakyat dan nilai-nilai leluhur. Serat Kalatidha menjadi salah satu karya penting dalam sastra Jawa karena mengandung refleksi mendalam tentang pentingnya menjaga nilai-nilai asli dan waspada terhadap pengaruh luar. 

Era Kalabendhu

Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
Era Kalabendhu dalam pemikiran Ranggawarsita merujuk pada masa yang penuh penderitaan, kerusakan, dan bencana yang menimpa masyarakat Jawa akibat hilangnya nilai-nilai moral, sosial, dan budaya tradisional. Ranggawarsita menyebut era ini sebagai masa yang penuh kehancuran. "Bendhu" dalam bahasa Jawa berarti "Murka" atau "Kutukan." Pandangan ini disampaikan dalam karya-karyanya untuk menggambarkan masa sulit yang penuh dengan ketidakpastian akibat tekanan dari kolonialisme, krisis moral, dan perubahan sosial yang tidak menentu. 

Zaman Kalabendhu ini muncul ketika pengaruh kolonial Belanda semakin kuat di Jawa. Tekanan kolonial dalam bentuk eksploitasi sumber daya, pengambilalihan kekuasaan lokal, dan tekanan ekonomi menyebabkan banyak perubahan dalam struktur sosial masyarakat. Masa ini juga ditandai oleh banyaknya peperangan, ketidakadilan, dan ketimpangan sosial yang mendalam, sehingga Ranggawarsita merasa bahwa masyarakat Jawa tengah dihukum oleh "kutukan zaman" karena telah meninggalkan nilai-nilai luhur nenek moyang. 

Ranggawarsita menggambarkan era ini sebagai masa di mana kejahatan, ketidakadilan, dan penderitaan merajalela, baik di kalangan rakyat biasa maupun bangsawan. Dalam Kalabendhu, masyarakat kehilangan orientasi hidup, sehingga banyak orang yang mengabaikan aturan, norma sosial, dan ajaran spiritual. Kondisi ini diperparah oleh perilaku elit yang cenderung korup dan egois, sehingga membuat ketidakadilan semakin merajalela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun