Mohon tunggu...
Arta Yenta Harefa
Arta Yenta Harefa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana/ NIM (43223010204)

Mahasiswa Sarjana S1-Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 2 - Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristotle

25 Oktober 2024   01:43 Diperbarui: 25 Oktober 2024   03:11 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB
  • Berikut merupakan Latihan dan Pembiasaan Diri (Habitus) Leadership Aristotle

Habitus merupakan kebiasaan atau perilaku yang dilakukan berulang kali oleh seseorang dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, Aristotle mengatakan bahwa habitus seseorang juga sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap kepemimpinan yang berhubungan dengan karakter yang akan menuntunnya menjadi pemimpin yang sukses.

  • Proses Menjadi Manusia Baik:

Menurut Aristotle, pembentukan karakter yang baik adalah yang  dilakukan secara berulang dankonsisten. Manusia juga butuh tindakan yang dilakukan dan tidak hanya mengenai teori saja. Berikut adalah beberapa prosesnya:

  • Imitasi, Replikasi, Meniru

Pada tahap ini, seorang akan memulai dengan meniru perilaku baik dari orang lain, misalnya seperti tokoh panutan, atau orang terdekat. Ini menjadi langkah awal untuk mengenali dan mniru nilai-nilai kebajikan.

Dengan meniru perilaku baik seseorang, ini akan menjadi awal yang baik apabila dilakukan secara tekun dan konsisten.

  • Internalisasi

Tahap kedua adalah internalisasi, yaitu memasukkan nilai-nilai dan perilaku yang ditiru untuk diterapkan dalam dirinya sendiri. Nilai-nilai ini menjadi bagian dari cara berpikir dan pandangan hidup yang diyakini secara sadar.

Tahap kedua ini menjadikan seseorang akan lebih diuji unutk penerapannya dalam sehari-hari, sehingga membutuhkan fokus yang baik dan selalu konsisten.

  • Aksi

Kemudian tahap ketiga adalah aksi, yaitu nilai-nilai yang sudah diinternalisasi tadi diwujudkan dlam bentuk tindakan (aksi) nyata. Pada tahap ini seseorang mulai menerapkan kebajikan dari nilai-nilai tadi dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya dan menerapkan juga dalam proses pengambilan keputusan, yang menjadikan bentuk nayata dari kepemimpinannya.

  • Habit

Tahap terakhir, yaitu habit yang merupakan kebiasaan. Artinya pada tahap ini, tindakan yang diulang-ulang tadi sudah menjadi kebiasaan. Kebiasaan (habit) baik ini akan menjadi karakter yang membuat seseorang secara otomatis bertindak berdasarkan kebiasaan baik yang telah diterapkan tadi.

Seseorang sudah dapat disebut sebagai orang baik, karena sudah terbiasa dengan melakukan hal-hal atau berperilaku baik setiap harinya.


Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB

Konsep Leadership sebagai Practical Wisdom Aristotle dikenal sebagai Phronesis. Dalam konsep kepemimpinan, Phronesis merupakan kemampuan untuk bertindak dengan bijaksana dalam situasi nyata, serta menggabungkan pengetahuan dengan tindakan untuk mencapai hasil yang baik. 

  • Kombinasi antara Pengetahuan + Situasi + Aksi

Tujuna yang pertama, yaitu pemimpin yang baik dan bijaksana menggunakan pengetahuan mereka untuk menilai situasi dengan tepat dan kemudian mengambil keputusan atau tindakan yang sesuai.

  • Kombinasi antara Rasionalitas + Tindakan + Etika

Kedua, Phronesis menggabungkan logika atau rasionalitas dengan tindakan yang nyata, dibarengi dengan mempertimbangkan nilai-nilai etis agar memastikan bahwa keputusan yang diambil merupakan keputusan yang paling benar

  • Dilakukan Untuk Mewujudkan Kebahagiaan

Tujuan terakhir dalam kepemimpinan adalah untuk mencapai eudaimonia, yaitu kebahagiaan atau kesejahteraan yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain atau masyarakat sekitar. Kebahagiaan ini menggamabarkan bahwa seorang pemimpinselalu merasa senang dan menikmati hari-harinya menjadi seorang pemimpin.


Dokpri, Prof. Apollo UMB
Dokpri, Prof. Apollo UMB

Lima jalan Pemimpin Menjadi Dan Melahirkan Practical Wisdom Aristotle

Berikut merupakan lima jalan agar menjadi pemimpin yang sesuai dengan prinsip Aristotle, yaitu:

1) Mengetahui Tujuan dengan baik, Visi Misi, Implementasi

Dalam konteks kepemimpinan, seorang pemimpin yang bijaksana tidak hanya memahami tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga menyadari alasan di balik tujuan tersebut. Ini membantu mereka membuat keputusan yang benar dan relevan dengan konteks dan kebutuhan yang ada. Aristotle menekankan pentingnya phronesis atau kebijaksanaan praktis dalam menetapkan visi dan misi, dimana keputusan itu harus didasarkan pada kombinasi antara pengetahuan teoretis (sophia) dan juga pengalaman praktis. Implementasi yang baik menurut Aristotle memerlukan kemampuan untuk menilai situasi, mempertimbangkan pilihan yang tersedia, dan melakukan tindakan yang paling tepat untuk mencapai tujuan akhir. Pemimpin yang baik harus mampu menyesuaikan strategi dan tindakan mereka dengan situasi yang ada, tapi tetap memegang prinsip etika dan memikirkan tujuan untuk jangka panjang.

2) Mengejar Kebenaran

Seorang pemimpin menurut Aristotle adalah seorang yang mau dan terus berusaha untuk mencari dan mengejar kebenaran atau disebut juga bersikap jujur.  Dimana seorang pemimpin selalu memprioritaskan kepentingan bersama yang sesuai dengan fakta dan bertindak sesuaidengan keyataanya. Dengan menerapkan prinsip kebenaran ini, seorang pemimpin akan lebih disenangi oleh orang-orangmaupun masyarakat sekitar.

3) Memahami Situasi, dan common sense (Kebenaran umum pada masyarakat), dan tetap melakukan kritisi mencapai inovasi

Menurut Aristotle, seorang pemimpin harus dapat memahami situasi dengan memiliki "common sense" atau akal sehat terlebih dahulu untuk memahami fakta atau kebenaran yang ada pada masyarakat umum. Dengan begitu, seorang pemimpin dapat mengambil keputusan untuk berinovasi  dengan berpikir kritis dan tepat.

Pengambilan keputusan ini tentunya sudah dibarengi dengan sikap trgas dan bijaksan sebagai seorang pemimpin.

4) Belajar dari berbagai macam pengalaman

Ada yang menyatakan bahwa "guru terbaik adalah pengalaman." Seorang pemimpin biasanya selalu belajar dari pengalaman yang sudah dialaminya. Pengalaman dapat dijadikan sebagai motivasi untuk menjalankan hidup agar berjalan lebih baik lagi kedepannya. Dengan belajar dari pengalaman ini, seorang pemimpin menjadi lebih mudah untuk bertindak kearah yang lebih positif.

5) Memiliki kemampuan Devil Advocate (mempunyai banyak alternative), dan mengambil keputusan yang tepat

Dalam hal ini, berarti seorang pemimpin harus dapat menyelesaikan suatu masalah tidak hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, tetapi mampu melihat dari sudut pandang lain beserta dengan resiko atau konsekuensinya. Sehingga seorang pemimpin akan mengetahui jalan untuk menyelesaikan masalah itu dan mengambil keputusan yang paling tepat.


MENGAPA KEPEMIMPINAN MENURUT ARISTOTLE ITU PENTING?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun