Mohon tunggu...
Arta Uly Siahaan
Arta Uly Siahaan Mohon Tunggu... lainnya -

belajar menulis. Biru. Malang. Siantar

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

K.A.L.I

4 November 2014   23:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:38 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kereta dari Jogja itu akhirnya membawa rombongan kecil kami sampai di Malang, tepat 5.30 WIB (tidak jauh dari perkiraan teman saya) hari Sabtu tanggal 25 Mei 2013. Kome, adik Junior yang  langsung harus saya samperin di wisma UM (Universitas Negeri Malang), berhubung mobil yang menjemputnya akan segera datang untuk kembali ke pulau Sumatera. Jumat lalu dia baru saja mengikuti ujian seleksi masuk Pascasarjana di Universitas Negeri Malang jalur beasiswa. Tidak sampai sepuluh menit disana, nya sudah berangkat dan saya melanjutkan naik angkot pulang ke kos.  Lelah pasti, di kereta itu terasa dingin, perut kembung dan tidak bisa tidur. Di angkot sedang memikir-mikir akan agenda berikutnya apa akan diikuti atau tidak. HP sudah meninggal dunia tak berbaterai dari kemaren. Jam 6.30 kata teman harus sudah kumpul di sekretariat Perkantas (Persekutuan Kristen Antar Universitas). Ini sebuah persekutuan yang menjadi bagian dari pertumbuhan rohani dan mungkin juga jasmani :-) bagi saya sampai usia sekarang ini. Bertumbuh itu perlu komunitas, jadi jangan jauh-jauh dari komunitas, hati-hati lama-lama bisa jadi lepas. Saya masih ingat kata-kata ini disampaikan oleh teman saya sekaligus senior di Pasca UM. Saya setuju dengan kata-kata itu dan lalu tanpa berpikir lebih panjang lagi, saya memutuskan untuk pergi. Hari ini ada acara susur sungai di Kali Brantas, Malang. Penyelenggaranya adalah KALI (Komunitas Advokasi Lingkungan Hidup) semacam sebuah komunitas yang bermisi dibidang lingkungan hidup dan dengan kegiatan ini berharap bahwa peserta yang ikut dapat semakin meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Komunitas ini dibentuk sebagai kelanjutan dari sebuah kamp nasional mahasiswa Kristen. Saya tidak terlalu jelas merekam sejarah komunitas ini secara terperinci dan tanggal berapa dibentuknya.

Kembali ke cerita soal susur sungai. Pertama sekali mengikuti susur sungai itu membuat saya terpaku dan diam. Ada semacam erangan, kemirisan dan kesedihan di hati. Saya bergabung di grup I yang ternyata dihuni oleh beberapa teman sesuku saya dan mendapat bagian di titik paling ujung, dibawah jembatan. Sambil menyusuri kali  munuju titik dimana kami harus bersih-bersih, jalanan licin tak membuat semangat kami surut, jika tidak hati-hati jangan-jangan bakalan berenang di kali. Sandal bergerigi itu tak cukup menahan membuat saya hampir terjatuh namun besi di pinggir sungai itu menahannya dengan mengoyakkan jeans ku secara kurang ajar. Baiklah, hanya jeans dan sedikit goresan, aku bangkit, Lya ketua rombongan berkali-kali jatuh bangun. Kuamati dia sejenak, semangat pemimpinnya merajai raut wajahnya, semangat! Ah, sampah dimana-mana, baunya menusuk hidung menjadikan masker penutup itu seakan tak berfungsi apa-apa. Kotoran dimana-mana, sampah menumpuk, sementara percikan air sungai yang coklat itu mengalir begitu saja seakan tak peduli kegeramanku.  Satu kelompok dapat 4 karung plastik, sudah hampir penuh, di ujung masih banyak sampah. Adegan yang cukup menyulut emosi ketika Jerry (salah seorang teman kelompok)turun mengambil sampah ke dekat sungai. Sebongkah sampah malah terlempar hampir mengenai jidatnya dari atas oleh seorang warga. Oh God..ya, ya, ya…paham sekali memang benar bahwa tempat sampah mereka ada disana, dan hal itu terjadi juga kepada saya. Si Ibu malah memasukkan sampahnya ke karung yang saya pegang, lalu pergi tanpa sepatah kata pun. Lalu apa aku harus berteriak  memanggil si Ibu? Baiklah,yang kulakukan hanya diam seribu bahasa walau sesungguhnya hati hancur. Ingin sekali meraih Ibunya dan mengajaknya berbicara jika perlu dari hati ke hati. Apa daya beliau malah sudah pergi dengan langkah gontai seperti pencuri. Di grup lain, kudengar teriakan mereka lantang berbicara "Pak, Bu, jangan buang sampah ke kali". Walau tidak didengarkan setidaknya kami mengerjakan bagian kami. Berharap kelak mereka mau untuk mendengarkan. Lagi-lagi hati ini memang miris teriris.

Saya harus berkata bahwa saya bersyukur bisa mengikuti kegiatan ini. Sedikit hal yang bisa saya berikan untuk bangsa ini dengan ikut bagian membersihkan kali. Lalu benar kata komunitas ini, kali ini perlu diselamatkan, tidak hanya perlu namun harus. Ini aksi yang sangat harus di apresiasi dan diancungi jempol. Terlepas dari kenyataan bahwa sesungguhnya kali adalah tanggung jawab kita bersama. K.A.L.I berhasil menggugah hati para peserta susur sungai, bukan hanya tergugah namun mungkin menangis dan meratap, namun bukan peserta yang tinggal di sekitar kali, walaupun kali itu milik bersama. Sesungguhnya masyarakat sekitar perlu dilibatkan untuk keselamatan kali ini, mengundang mereka pada hari itu untuk ikut serta susur kali mungkin boleh jadi alternatif pilihan, atau  dengan memberi pelatihan dan penyuluhan sebagai usaha menjelaskan betapa pentingnya menjaga kebersihan kali, ide lain yang muncul adalah memasang spanduk besar di tembok-tembok yang ada di sekitar kali (misalnya : “Jangan buang sampah disini”), menyediakan tempat sampah bagi setiap masyarakat juga mungkin boleh dipikirkan. Memang sudah mendarah daging bagi mereka untuk membuang sampah di kali, rasanya mungkin lebih luas dan tidak perlu ribet, maka dari itu sesungguhnya masyarakat perlu disadarkan, perlahan, bertahap dan perlu proses yang panjang. Kiranya K.A.L.I tidak berhenti hanya disini saja, namun tetap dengan sabar menata, memperhatikan dan berbuat, sebagai bagian dari proses untuk kali yang lebih baik di masa yang akan datang. Saya optimis dan rasanya belum terlambat untuk itu. Maka terpujilah sang pencipta alam semesta, yang menjadikan semuanya sedemikian rupa indahnya, mari jangan dirusak. Dimanapun kamu berada, bukan hanya kali Brantas, namun semua kali.Ini tidak cukup hanya sekali, berbuatlah berkali-kali, sepuluh kali,seribu kali atau bahkan jutaan kali, jangan berhenti, untuk kali, untuk bumi, untuk kehidupan generasi masa depan. Mari peduli dengan berbuat! Berikut ini saya posting beberapa foto yang diambil disekitar kali Brantas. Kebetulan dalam acara ini panitia juga menyelenggarakan lomba foto yang mana foto yang disertakan ikut lomba harus berada di lokasi sungai brantas. Sumber foto dari: http://www.facebook.com/komunitasadvokasilingkungan.hidup

_a strong capturing, as strong as the stones around the waters,

the word “beauty” is enough to explain this!_

_ketika kali hanya bisa pasrah ketika dialihfungsikan menjadi tempat sampah_ :-( Poor!

“sekali lagi, jangan disini…karena masing-masing ada tempatnya,  bahkan sampah sekalipun ”

_wc umum itu ada di kali, kali multifungsi_

_deras, indah, sempurna!_

_terbanglah, bentangkanlah sayapmu, selamatkan kali, selamatkan bumi untuk kehidupan masa depan yang lebih baik, berbuatlah..bermaknalah..:-)

Image
Image

hijaunya tak tertandingi, apa salahnya sungai  di dekat pemukiman itu sedemikian hijaunya_

optimis..one day it will happen, setujuu?? :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun