Mohon tunggu...
Homsah Artatiah
Homsah Artatiah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga, Konten Kreator

Hai, saya Homsah Artatiah. Bunda 5 anak dengan kesibukan mengurus rumah tangga dan menjadi konten kreator. Hobi saya foodphotography, memasak mencoba aneka resep baru kemudian bikin video tutorial memasak.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Urgensi Gerakan 3K untuk Dukung World Allergy Week 2019

16 April 2019   23:55 Diperbarui: 17 April 2019   00:56 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata alergi biasanya pikiran kita langsung tertuju kepada jenis makanan tertentu seperti udang, telur, atau susu.   Atau kepada kondisi bruntusan/ gatal-gatal, biduran (kaligata/ urticaria), asma, dan sebagainya. Nah, kali ini saya ingin membahas tentang alergi ini. Yah...sekalian  membuka memori  yang tersimpan saat saya kuliah imunologi di IPB .

Oya, tentang masalah alergi ini, bulan April memang sangat cocok kita bahas tentang alergi lebih dalam karena World Allergy Organization (WAO) dengan bangga mengumumkan tema WAO 2019 ini tentang "Masalah Global Alergi Makanan". Dalam rangka mendukung World Allergy Week 2019 (ini berlangsung global pada 7-13 April 2019).  

1. Apa itu alergi?
Alergi merupakan reaksi kekebalan tubuh yang tidak normal dalam mengenali bahan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi orang lain. Sebagai seorang ibu tentu saya merasa cemas jika si kecil terkena alergi. Karena keterbatasan ilmu yang saya miliki, tidak jarang langkah yang diambil untuk menangani alergi ini belum tepat. Padahal, ketika salah menanggapi masalah alergi ini ternyata bisa menimbulkan kondisi yang merugikan, salahsatunya akan memengaruhi tumbuh kembang si kecil. Sedihkan kalau kejadiannya seperti itu?

Bersyukur sekali pada 10 April 2019 sebagai #mombassadorsgmeksplor saya diundang untuk mengikuti acara Allergy Talkshow dengan Prof.Dr. Budi Setiabudiawan, dr. SpA (K), MKes (Konsultan alergi & imunologi anak).  Serta Sharing Session #BundaTanggapAlergi dengan 3K (Kenali, Konsultasikan, Kendalikan) bersama Natasha Rizki di Rumah Maroko, Menteng, Jakarta Pusat. Jadi saya termasuk Bunda yang beruntung dapat undangan dari Sarihusada melalui brand SGM eksplor soya mengajak para Bunda untuk mengenali sejk dini gejala dan cara mengatasi risiko alergi apada anak melalui kampanye #BundaTanggapAlergi dengan melakukan gerakan 3K yaitu: Kenali, Konsultasikan, dan Kendalikan.

Prof. Dr. Budi mejelaskan bahwa berdasarkan data World Allergy Organization (WAO) menunjukkan bahwa penduduk dunia yang mengalami alergi sebanyak 30-40% dari total populasi dunia. Kejadian alergi tersebut dapat berupa  asma, rhinitis alergi, eksim, dan alergi makanan. Hingga 550 juta orang di dunia menderita alergi makanan, dan kasusnya ternyata hingga 7.5% anak di Indonesia mengalami masalah alergi susu sapi. Protein susu sapi merupakan makanan penyebab alergi terbesar kedua setelah telur pada anak-anak di Asia. Data dari klinik anak di RS. Ciptomangunkusumo Jakarta tahun 2012 menunjukkan bahwa 31%  dari pasien anak alergi terhadap putih telur dan 23.8% pasien alergi  terhadap susu sapi.

2. Apa itu Alergen?
Alergen adalah bahan yang mencetuskan alergi. Bahan tersebut bisa berupa sesuatu yang terhirup atau berupa makanan.
Tungau debu rumah, serbuk sari tanaman, kecoa, serpihan kulit binatang, dan jamur merupakan contoh alergen berupa sesuatu yang terhirup. Sedangkan contoh alergen dari makanan adalah susu sapi, kacang kedelai, kacang tanah, tree nuts (kacang pohon seperti hazelnuts, kacang almond, kacang mede), makanan laut (udang, kepiting), gandum, telur, ikan.  

Apa saja sih faktor yang dapat meningkatkan risiko alergi pada anak? Ternyata ada 3 faktor yang dapat memicu alergi pada anak.

A. Riwayat alergi pada keluarga. Berdasarkan riwayat alergi di dalam keluarga, ternyata risiko alergi akan lebih tinggi apabila terdapat riwayat alergi dalam keluarga. 1. Anak akan memiliki risiko alergi 40-60% jika kedua orantua memiliki riwayat alergi. Bahkan risiko akan meningkat menjadi 60-80 % jika kedua orangtua memiliki manifestasi sama.  Risiko menjadi 20 -40% jika salahsatu orangtua memiliki riwayat  alergi.
3. Jika saudara memiliki riwayat alergi maka risikonya 25-30%.
4. Jika orangtua tidak memiliki  riwayat alergi maka risiko yang akan diterima si anak adalah 5-15 :).

B. Kelahiran Caesar. Kelahiran caesar ini ternyata dapat meningkatkan risiko si kecil menderita asma. Kelahiran caesar ini menyebabkan penundaan perkembangan bakteri baik dalam usus, menyebabkan perubahan perkembangan sistem daya tahan tubuh anak, serta dapat meningkatkan risiko penyakit alergi pada anak.
C. Asap rokok dan polusi udara.

Gejala alergi dapat terjadi pada:
1. Kulit (dermatitis, urtikaria, dan angioderma/ bengkak di kelopak mata atau bibir).
2. Saluran pernapasan (asma/ mengi, hidung berair, bersin, batuk kronis yang tidk disertai demam).
3. Saluran cerna (terjadi kolik, muntah, dire berdarah, konstipasi dan gumoh.

Sebagai ibu, kadang saya susah membedakan antara alergi dan infeksi, keduanya adakalanya menunjukkan gejala yang sama. Prof.Dr. Budi menjelaskan untuk menbedakan antara alergi dan infeksi dapat dilihat dari gejalanya.
1. Apakah disertai demam?
2. Apakah saat siang lebih dominan dibandingkan pagi atau malam?
3. Apakah dahak/ ingus kental atau berwarna.
Bila dari ketiga pertanyaan tersebut ada yang jawabannya "iya" pada salahsatu poin maka mungkin anak mengalami infeksi, dan bila semua dijawab "tidak" berarti kemungkinan alergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun