Mohon tunggu...
Arta Elisabeth
Arta Elisabeth Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca, Penulis dan Penghayat Sastra

Pembaca yang sedang senang-senangnya membaca dan menghayati sastra

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Lawan Hoaks, Beritakan Kebenaran

9 Januari 2019   23:42 Diperbarui: 10 Januari 2019   01:46 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sangat mengidolakan Jokowi yang merupakan sosok pemimpin berwibawa, tegas, merakyat dan rendah hati. Meskipun banyak pihak yang tidak suka dan berusaha menjatuhkan dengan berbagai propaganda politik yang ada, namun tetap saja aku bangga dengan orang nomor satu di Indonesia ini. Semoga tetap menjadi orang nomor satu ya Pak!

Aku optimis, tentu tidak hanya aku orang muda yang salut dengan kinerja beliau. Bayangkan saja, kharismanya yang santun dan bersahaja namun sungguh berbuah nyata dan menjadi berkat bagi banyak orang. Beliau berhasil mengukir berbagai prestasi yang membanggakan hati rakyat (termasuk aku). 

Mulai dari perbaikan segala infrastuktur, jalur darat, laut hingga udara, kesehatan, pendidikan, perjuangannya untuk memberikan sertifikat tanah secara gratis, perebutan saham Freeport yang setengah sahamnya didedikasikan untuk masyarakat Papua  dan masih banyak lagi yang tidak bisa kupaparkan secara detail. Luar biasa bukan? Mari ingat prestasi lainnya. Aku bersyukur bisa mengabadikan momen bersama beliau saat keliling melihat panorama indah (bukan fatamorgana) menaiki sepeda ontelnya.  

Bagaimana kalau aku mengatakan bahwa beliau berhasil memberi teladan seorang pemimpin yang menghidupi prinsip Servus Servorum Dei? Tentu anda akan setuju. Mari berikan sedikit anggukan sepakat.

Baiklah, menjelang pemilu yang akan berlangsung pada April 2019 mendatang, banyak sekali issu politik yang sengaja dikemas guna menjatuhkan pasangan nomor urut 1 Jokowi-Ma'ruf Amin dan mematenkan pasangan calon lainnya. Bahkan dalam pembentukan issu publik ini, media mengambil peran yang sangat penting dalam mengemas informasi hingga melahirkannya menjadi suatu stimulus tertentu dan membentuk persepsi. Tentu saja semua bergantung pada teknik framming dan agenda setting medianya.

Menilik pada beberapa kasus, salah satu yang terbaru tentang video kampanye pemenangan Jokowi di Madura yang viral pada 20 Desember tahun lalu. Media dengan sigap menelurkan pemberitaan dengan berbagai judul kontroversi yang menimbulkan pengotak-ngotakan di dalam masyarakat. Bahkan mengkaitkan dengan unsur SARA yang sangat sensitif. Ada yang mengemas dengan pilihan judul beberapa judul berikut; Warga Madura Ingin Jokowi "Pole", Bukan Jokowi "Mole" oleh Okezone,  Video Viral, Warga Madura Teriaki Jokowi Mole - MSN.com  dan Video Viral Jokowi Mole, Gerindra: Masyarakat Madura Cerdas -- VIVA.

Tidak hanya itu, beberapa issu jauh sebelumnya, sekitar bulan April 2018, terkait pemberitaan bahwa Jokowi merupakan seorang PKI dikemas dengan pilihan judul yang sangat berani, INTELIJEN | Heboh, Ini Dia Akun Bongkar 25 Bukti Jokowi PKI oleh intelijen.co,id. Terungkap Asal Muasal Label PKI dan Anti-Islam pada Jokowi oleh medantribunnews dan masih banyak lagi judul lainnya yang mencoba mencari sensasi.

Ditambah lagi dengan munculnya gambar saat DN Aidit berpidato dan ada sosok yang mirip Jokowi di dekatnya, meskipun sosok itu bukan Jokowi. Anehnya, Jokowi mengaku belum lahir di tahun tersebut, 1955. Lantas Jokowi manakah yang dimadsud?

Menanggapi hal itu, Jokowi mempersilahkan publik untuk mengkroscek langsung ke tempat kelahirannya di Solo sekaligus dengan sisilah keluarganya.

Belum lagi berita kontroversi yang juga hoax terkait 7 Kontainer surat suara tercoblos di Tanjung Priok yang viral pada 2 Januari 2019 yang lalu hingga hari ini, Kamis (10/1/2019).

Masing-masing judul tersebut tentu memiliki kekuatan tersendiri dalam menggiring dan membentuk opini publik. Bahkan ada pihak yang secara sengaja mengambil judul setengah-setengah dengan tujuan menimbulkan ambiguitas menyebar virus adu domba. Parahnya, jika berita ini dikonsumsi bulat-bulat oleh khalayak yang tidak memiliki kemampuan memfilter yang mumpuni alias korban hoax, maka akan mudah terprovokasi dan menimbulkan kegaduhan.

Maka dari itu, sebaiknya media harus menyadari bahwa negara Indonesia sangat rentan dengan konflik, maka sebaiknya media harus mampu menjaga peran dan fungsinya sebagai kontrol sosial di tengah masyarakat. Perlu peningkatan kapasitas bagi para pengelolah media demi terciptanya pers yang sehat, profesional dan mampu menjadi sumber pemberitaan yang benar untuk membetengi Indonesia dari berita hoax dan mampu memperlancar Pemilu 2019 mendatang.

Sebelum aku menutup tulisan ini, aku berharap semoga bapak yang rendah hati dan sungguh memberikan hatinya untuk rakyat Indonesia bisa menang lagi ya di Pilpres 2019. Aku secara pribadi bangga memiliki pemimpin seperti bapak dan sedang berusaha meneladani bapak. Kerja Kerja Kerja dan Kerja Terus pak!!! 

Salam dari Timor,

Kupang, 10 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun