Ah, benarkah beta terpukau? Justru sikap polosnya yang lugu ini yang menahan beta tuk tetap tinggal. Bisakah beta lebih lama di tempat ini Tuhan? Beta ingin, agar beta bisa melihat kebaikanMu yang sungguh nyata melalui ketulusan orang ini.
Beta belajar banyak hal yang luar biasa mengenai kerasnya kehidupan di tanah ini. Tanah yang katanya termiskin, terbelakang, tertinggal dan ter ter yang lainnya.
Tanah yang di mana gedung Gubernur NTT-nya berdiri megah dan mewah berbentuk alat musik Sasando khas Timor di tengah masyarakatnya yang kelaparan dan tertindas. Tanah yang penuh peluh, keringat dan air mata demi sesuap nasi.
Malam semakin larut, beta sadar, waktu masih tak bisa diajak kompromi. Hasil negosiasi kali ini WIN-LOSE Solution. Beta menyerah! Pasrah. Melankolis melekat berpadu dalam kesunyian hampa diiringi lantunan Vicky Salamor "Tuhan Beta Mau Dia". Beta sadar, semua hanya sebatas nada indah nan merdu dalam sajak puitis yang akan berakhir tanpa dentingan. Semua harus terkubur rapat-rapat malam ini dan esok hari ketika mata terbuka, mau tidak mau, beta harus kembali pulang.Â
Kupang, 20 Agustus 2018
Tulisan ini kupersembahkan untuk sahabat karibku yang memiliki kenangan indah tak terlupakan di Pulau Timor
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H