Karya sastra tidak serta merta diciptakan atas khayalan sastrawan. Dalam proses kreatifnya, sastrawan dipengaruhi oleh keresahan mereka terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa karya sastra tercipta sebagai cerminan kondisi sosial suatu kelompok masyarakat. Karena pengaruh kondisi sosial lingkungan sastrawan itulah yang menyebabkan tema-tema yang diangkat dalam karya-karya sastra beragam, mulai dari percintaan, perjuangan, kehidupan dan kematian, ketidakadilan, penindasan, dan lain sebagainya.
Ida Ayu Oka Rusmini atau yang sering dikenal sebagai Oka Rusmini merupakan  sastrawan yang tumbuh di lingkungan keluarga Bali. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1967. Ia juga menghabiskan masa kecil hingga remajanya di Jakarta. Setelah lulus SMA, Oka Rusmini memutuskan untuk pindah ke Bali untuk melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Sastra di Universitas Udayana Bali. Oka Rusmini dikenal dengan karya-karyanya yang mengangkat isu sosial budaya masyarakat Bali yang dikenal sering memberatkan perempuan-perempuan keturunan Bali. Karya-karya Oka Rusmini yang terkenal diantaranya yaitu, Monolog Pohon (puisi, 1997), Tarian Bumi (novel, 2000), dan Sagra (cerpen, 2001).
Sagra (2001) merupakan buku kumpulan cerpen Oka Rusmini yang terbit pertama kali pada tahun 2001 oleh Penerbit Indonesia Tera. Buku ini diterbitkan beberapa kali oleh penerbit yang berbeda-beda. Terbitan terbarunya diterbitkan pada tahun 2023 oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Dalam buku ini terdapat 11 cerita pendek yang memiliki tema yang serupa antara satu cerita dengan cerita lainnya. Secara garis besar, tema-tema tersebut yaitu sistem patriarki, kesenjangan sosial, kemiskinan, konflik internal dan eksternal, dan sistem kasta dalam masyarakat Bali. Berikut penjabaran tema-tema di atas.
Sistem Patriarki
Sistem patriarki dalam kumpulan cerpen Sagra (2001) ditunjukan oleh bagaimana kaum perempuan dinilai dan diperlakukan di dalam masyarakat, baik masyarakat Indonesia, maupun para penjajah yang pernah menduduki tanah nusantara. Perhatikan potongan cerita berikut;
"Menurutku, kami adalah pohon-pohon yang siap dimasak dalam kuali besar dan disantap di sebuah restoran murahan, dengan garpu, sendok, dan pisau yang karatan." (Rusmini, 2023)
Pada kutipan di atas dijabarkan bagaimana seorang perempuan diperlakukan pada zaman penjajahan Jepang. Pada saat itu, banyak perempuan di bawah umur dipaksa menjadi objek pemuas nafsu tentara Jepang. Tidak sedikit dari anak-anak tersebut membenci diri mereka sendiri hingga akhir hayat mereka.
Kemiskinan
Kemiskinan dalam buku kumpulan cerpen ini tergambar dalam salah satu kutipan cerpen berikut.
"Ketika Nobelia lahir, jujur saja, mulai ada riak-riak kecil yang mengisi laut kehidupan kami. Nobelia perlu makan, perlu gizi cukup untuk pertumbuhannya. Kami berdua memang sudah terbiasa hanya menelan beberapa sendok bubur dicampur sayur (seperti bubur Manado) untuk mengurangi rasa lapar yang sering mengisi perjalanan kami. …. Kelahiran Nobelia penuh diiringi penyunatan dana." (Rusmini, 2023)
Kutipan di atas dapat dikatakan menunjukan bagaimana kemiskinan struktural dapat terjadi di masa kini. Bagaimana keegoisan kedua manusia yang disatukan memaksakan diri untuk menikah dan memiliki anak dapat berakibat pada dikorbankannya pertumbuhan masa kecil sang anak.
Konflik Internal
Dalam buku kumpulan cerpen ini, terdapat banyak konflik internal yang dialami oleh para tokoh utama. Konflik internal yang dialami masing-masing tokoh berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan latar belakang permasalahan yang dialami oleh para tokoh. Berikut salah satu kutipan yang menjabarkan konflik internal yang dialami oleh tokoh utama dalam cerpen Esensi Nobelia.
"Ketika mereka mempertanyakan hakikat kebahagiaanku, aku justru bertanya pada diriku sendiri: apakah aku terlalu tolol, buta, sehingga tidak bisa memandang hidup ini dengan realitas gaya mereka? Akulah yang kedodoran, bersibuk dengan diri sendiri, hanya bertarung dengan pikiran-pikiran sendiri….." (Rusmini, 2023)