Mohon tunggu...
Arsyifa Palan Taran
Arsyifa Palan Taran Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh Graduate

Seseorang yang suka menulis, membaca, menonton drama Korea dan travelling yang bercita-cita memiliki buku yang dipajang di Gramedia dan menjadi seorang jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Ulasan Buku Tere Liye Yang Telah Lama Pergi, Berlatar Lautan Kerajaan Sriwijaya di Abad 13

8 November 2023   13:21 Diperbarui: 8 November 2023   13:43 3081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Yang Telah Lama Pergi (DocPribadi penulis/arsyifapalantaran)

Tere Liye kembali merilis buku barunya yang berjudul Yang Telah Lama Pergi pada 22 Agustus 2023. Buku baru ini tak pelak mendapat banyak perhatian dari banyak penggemar nya. Berikut ulasan buku  yang bisa kamu baca sebelum memutuskan untuk menjadi bagian dari pembaca buku dengan cover peta yang menarik perhatian para penggemar ini.

Identitas Buku

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Sabakgrip

Halaman : 442

Genre : Fiksi

Ulasan Buku

Buku Yang Telah Lama Pergi  mengambil latar sejarah serta pertempuran hebat pada tahun 1200 an Masehi di tengah lautan luas. Buku ini menghadirkan dendam kesumat, sakit hati, kebencian, tangis serta luka serta mengangkat isu sosial yang relate hingga hari ini.

Tere Liye menghadirkan buku dengan topik yang berbeda dari buku-buku sebelumnya. Buku Yang Telah Lama Pergi menyajikan latar 1200 Masehi yang mengambil tema kerajaan Sriwijaya yang mengajak para pembaca untuk kembali pada masa keemasan kerajaan Sriwijaya

Buku ini menceritakan tentang perjalanan panjang beberapa tokoh dalam menuntaskan misi balas dendam terhadap para pejabat yang korup, yang berfoya foya dengan kepingan emas, bahkan tidur di atas kepingan koin emas sementara rakyatnya dibiarkan menderita tanpa bisa berontak.

Tokoh utama dalam buku ini adalah Mas’ud, seorang ahli peta atau kartografer yang masyhur dari kota Baghdad yang menyelinap ke dalam kapal perompak dan akhirnya membawanya dalam sebuah perjalanan dengan “misi”.

Mas’ud meninggalkan kota baghdad, serta istrinya yang sedang hamil tua untuk menyelesaikan peta pulau Swarnadhipa (Sumatera) yang belum sempat ditinggalkan ayahnya. Perjalanannya menyusuri gurun, membawanya pergi ke belahan dunia lain, kemudian berakhir di kapal perompak yang membuatnya hampir dipenggal oleh perompak. Namun beruntungnya masud diselamatkan oleh seorang Biksu yang turut dalam “misi” tersebut.

Di kapal itu masud bertemu dengan raja perompak, pembayun atau penasihat kerajaan, seorang samurai yang buta, biksu yang ternyata semuanya memiliki dendam yang harus dituntaskan

Remasut, si Raja Perompak ingin membalaskan dendam untuk petinggi kerajaan Sriwijaya yang menghabisi nyawa orangtua dan sukunya. Samurai ingin membalaskan dendam nya untuk petarung dari India yang membuatnya kehilangan lembah subur dan orang-orangnya yang dicintainya, serta membuatnya harus kehilangan pengelihatannya. Sementara Pembayun atau penasihat kerajaan yang patah hati karena orangtua dari gadis yang dicintainya tidak memberikan restunya pada hubungan dan memutuskan untuk ikut dengan Remasut di kapal perompak.

Seperti biasa, Tere Liye menghadirkan pesan pesan tiap bab di dalam buku ini, bahwa sejatinya memilih berdamai dan memaafkan adalah sesuatu yang bernilai besar.

Masud tidak saja menyelesaikan peta pulau Swarnadhipa selama perjalananannya, namun juga turut memberikan saran pada Remasut tentang meruntuhkan kota-kota penting yang menjadi tiang bagi kerjaan Sriwijaya.

Alur dalam buku ini maju mundur, namun kebanyakan menggunakan alur maju. Alur mundur hadir saat tokoh lain menceritakan masa lalu mereka.

Ending dari buku ini seperti yang diharapkan pembaca, yaitu happy ending. Namun lumayan memberi efek“mengejutkan” karena para tokoh di dalam buku ini memilih untuk membiarkan rasa sakit, dendam dan memilih untuk berdamai dengan rasa sakit, karena semua rasa sakit dan dendam nya “telah lama pergi”.

Para tokoh menemukan alasan baru mengapa mereka harus meruntuhkan kerajaan Sriwijaya yang tamak dan semena mena terhadap para rakyat nya.

Secara keseluruhan buku ini cocok dibaca untuk semua kalangan, bahkan cocok dibaca untuk para pejabat. Untuk orang -orang yang menyukai kisah sejarah klasik, buku ini bisa menjadi bacaan selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun