Masyarakat Indonesia ribut soal istilah-istilah tersebut karena berbagai kegiatan yang dibatasi, dimana itu merupakan dampak dari pandemi COVID-19. Tapi semua itu kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menekan angka COVID-19 di Indonesia. Coba bayangkan sudah hampir dua tahun kita dipaksa untuk mengurangi aktifitas diluar rumah yang entah sampai kapan, kita semua pasti resah dengan hal tersebut, kita menjadi stres karena ingin semuanya serba pasti. kapan ini virusnya selesai? Kapan kita bisa beraktifitas bebas seperti dulu? Kapan dan kapan.
Bisa dilihat angka harian kasus COVID-19 pada Sabtu, 24 Juli 2021 terdapat penambahan kasus sebanyak 8.360 orang, kepala bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia menjelaskan, angka kasus tersebut hasil pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) terhadap 29.105 orang.
"Sebanyak 29.105 orang di tes PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru dan didapatkan hasil 8.360 positive dan 20.764 negatif.'' Kata Dwi dalam keterangan tertulis Sabtu (24/7/2021). Dengan penambahan tersebut, angka kumulatif kasus COVID-19 di jakarta mencapai 786.880 kasus.
 Tentunya angka tersebut bukanlah angka yang sedikit, ini membuktikan bahwa  kebijakan yang ditetapkan pemerintah dengan diadakannya PSBB, PPKM Darurat, PPKM Level 4 belum efektif untuk menurunkan angka kasus COVID-19 di Indonesia. Ini karena masih banyak orang yang abai terhadap protokol kesehatan.
Lalu apa yang bisa kita lakukan sekarang ? karena seperti yang kita ketahui bahwa obat COVID-19 belum ditemukan sampai sekarang. Memang saat ini sudah ada vaksin, tetapi belum bisa melindungi kita 100%, karena sifatnya vaksinasi hanya meminimalisasi penularan infeksi COVID-19 dan juga mencegah munculnya gejala yang parah pada orang terinfeksi.
 Saat ini yang bisa melindungi kamu dan orang-orang terdekatmu adalah menerapkan protokol kesehatan, sebelumnya pemerintah menganjurkan kita untuk menerapkan 3M (Mencuci tangan, Memakai masker, dan Menjaga jarak), tetapi masih banyak orang yang abai akan prokes tersebut dan angka kasus positive terus naik. Pemerintah Pun menganjurkan menerapkan protokol kesehatan dengan 5M. Apa saja 5M itu?
1. Mencuci tangan
Rutin mencuci tangan adalah cara yang efektif untuk mencegah penularan virus corona, sebaiknya mencuci tangan setiap usai beraktivitas seperti aktifitas diluar rumah, bersin atau usai ke toilet. Mencuci tangan dilakukan sebaiknya selama dua puluh detik. Dan apabila tidak terdapat air di sekitarmu gunakanlah hand sanitizer dengan kadar alkohol 75%
2. Memakai masker
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghimbau seluruh masyarakat baik yang sehat, maupun yang sakit agar memakai masker saat beraktifitas diluar rumah
3. Menjaga jarak
Protokol kesehatan ini dimuat oleh Kementrian Kesehatan RI "protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat umum atau fasilitas umum dalam rangka pencegahan dan pengendalian COVID-19.'' Disana disebutkan menjaga jarak minimal satu meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplets dari orang yang berbicara, batuk, atau bersin.
4. Menjauhi kerumunan
Menurut kementrian kesehatan (Kemenkes) masyarakat diminta menjauhi kerumunan saat berada diluar rumah. Jadi semakin sering kamu bertemu banyak orang, kemungkinan terpapar virus corona semakin tinggi.
5. Membatasi aktifitas diluar rumah
Virus corona ada dimana-mana, jadi kalau semakin banyak kita menghabiskan waktu diluar rumah, semakin tinggi pula terpapar virus corona tersebut. Oleh karena itu, bila tidak ada kepentingan yang mendesak tetaplah berada di dalam rumah.
 Sudah hampir dua tahun kita hidup berdampingan dengan virus corona ini, yang menyebabkan banyak aktifitas terhambat seperti dari sektor Ekonomi dan Pendidikan.
Sektor ekonomi yang sangat terpuruk. Sejak awal tahun 2020 ratusan buruh diberhentikan (PHK) karena perusahaan tidak bisa menggaji mereka, pengangguran dimana-mana dan lapangan pekerjaan yang sulit, ini menyebabkan tingginya angka kriminalitas seperti perampokan, begal, jambret dan kejahatan lainnya. Belum lagi para pedagang kaki lima atau usaha-usaha kecil yang harus gulung tikar padahal itu satu-satunya sumber mata pencaharian mereka.
Sedangkan di sektor pendidikan Saat pandemi seperti ini pemerintah dipaksa menyesuaikan diri dalam melaksanakan pembelajaran. Para pelajar diminta mengikuti pembelajaran dari rumah dengan daring dan juga webinar yang diikuti banyak pelajar dan mahasiswa. Akan tetapi masalah besarnya adalah di Indonesia masih banyak daerah-daerah terpencil dan terpelosok yang belum bisa mengakses internet. Bahkan gawai sekalipun masih menjadi barang yang sangat mewah di daerah tersebut.
 Tapi dibalik itu semua seluruh elemen masyarakat dipaksa untuk melek teknologi. Para pedagang yang tadinya berjualan konvensional kini beralih berjualan menggunakan teknologi yaitu berjualan di media sosial atau juga marketplace. Sektor pendidikan pun sama, para pelajar dituntut agar mereka bisa memahami pelajaran tanpa tatap muka.
Meski begitu kita semua tetap merindukan kebebasan beraktivitas seperti dulu. Bebas bertemu teman, berkumpul dengan sesama pelajar atau pekerja, hangout di cafe-cafe dan traveling kemanapun kita mau.
Tapi itu semua bisa dimulai dari diri sendiri dengan disiplin mengikuti aturan pemerintah dan menerapkan protokol kesehatan, agar angka COVID-19 turun dan kita bersama-sama dapat berkumpul seperti dulu.
Referensi:
satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H