Sudah hampir dua tahun kita hidup berdampingan dengan virus corona ini, yang menyebabkan banyak aktifitas terhambat seperti dari sektor Ekonomi dan Pendidikan.
Sektor ekonomi yang sangat terpuruk. Sejak awal tahun 2020 ratusan buruh diberhentikan (PHK) karena perusahaan tidak bisa menggaji mereka, pengangguran dimana-mana dan lapangan pekerjaan yang sulit, ini menyebabkan tingginya angka kriminalitas seperti perampokan, begal, jambret dan kejahatan lainnya. Belum lagi para pedagang kaki lima atau usaha-usaha kecil yang harus gulung tikar padahal itu satu-satunya sumber mata pencaharian mereka.
Sedangkan di sektor pendidikan Saat pandemi seperti ini pemerintah dipaksa menyesuaikan diri dalam melaksanakan pembelajaran. Para pelajar diminta mengikuti pembelajaran dari rumah dengan daring dan juga webinar yang diikuti banyak pelajar dan mahasiswa. Akan tetapi masalah besarnya adalah di Indonesia masih banyak daerah-daerah terpencil dan terpelosok yang belum bisa mengakses internet. Bahkan gawai sekalipun masih menjadi barang yang sangat mewah di daerah tersebut.
 Tapi dibalik itu semua seluruh elemen masyarakat dipaksa untuk melek teknologi. Para pedagang yang tadinya berjualan konvensional kini beralih berjualan menggunakan teknologi yaitu berjualan di media sosial atau juga marketplace. Sektor pendidikan pun sama, para pelajar dituntut agar mereka bisa memahami pelajaran tanpa tatap muka.
Meski begitu kita semua tetap merindukan kebebasan beraktivitas seperti dulu. Bebas bertemu teman, berkumpul dengan sesama pelajar atau pekerja, hangout di cafe-cafe dan traveling kemanapun kita mau.
Tapi itu semua bisa dimulai dari diri sendiri dengan disiplin mengikuti aturan pemerintah dan menerapkan protokol kesehatan, agar angka COVID-19 turun dan kita bersama-sama dapat berkumpul seperti dulu.
Referensi:
satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H