Mohon tunggu...
Arjeli Syamsuddin
Arjeli Syamsuddin Mohon Tunggu... Buru Serabut, CSR -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tradisi Mendongeng dalam "Conversation Class", Perlukah?

17 April 2017   00:16 Diperbarui: 17 April 2017   19:00 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cerita ini harus dituntaskan terlebih dahulu, baru masuk ke sesi drama dan pairwork dalam skema kelas activity. Oleh karena itu pemanfaatan waktu sangat diperlukan, jangan melebar. Yang penting tema pertemuan pada hari itu sudah masuk, ’How to sympathizing and how to respond to the symphaty dengan tema kecil good news and bad news.

And few days afterward”, aku melanjutkan. Sangking bahagia nya anak laki laki itu bermain kuda tidak kenal lelah nya dan dia terjatuh hingga patah kaki dan harus dirawat. Berminggu minggu dia harus istirahat dan tidak menunggang kuda nya. Aku harus benar benar mempersingkat cerita. Tiba tiba, datang utusan dari kerajaan membawa pesan dan tita sang raja ke semua penduduk yang isi tita tersebut bahwa semua keluarga yang memiliki anak laki laki harus ikut ke alun alun kerajaan untuk direkrut dan dilatih perang.

 Tita sang raja ini harus dipatuhi oleh semua penduduk hingga ke desa dan kampung kampung kecil. Namun ada pengecualian bagi yang sudah tidak bisa perang tidak diwajibkan karena alasan tertentu missal nya, cacat, patah, perempuan dan laki laki rentah. Anak laki laki yang patah terjatuh dari kuda hanya diam tidak bisa berpergian bersama sama teman nya. Dalam hati dia bersedih tidak bisa ikut berperang bela Negara. “Andai saja aku tidak terlalu lupa diri tidak mungkin aku patah kaki…”, gumam nya. “Ya lupa diri itu memang bisa patah semua, bukan hanya patah kaki..,”dia mencoba ambil hikmah nya. Keadaan kerajaan memang sudah gawat, Negara kecil hasil berlimpah, kekuatan dan kemampuan militer tidak memadai, semua tentara dan civil tentara tewas.

 Tidak ada laki laki perjaka di kampung itu yang tersisa kecuali laki laki yang patah kaki itu saja. Yang dalam ukuran satu bulan patah nya itu sudah sembuh. Banyak anak gadis yang mendambahkan dia karena dia seorang laki laki lajang di kampung itu. Dia menjadi idolah. Dan, huu..!, teriak para siswa tersenyum. Inti cerita, Tidak semua bencana malapetaka berujung disitu.

 Bibir Musi, 16/4/17 .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun