Mohon tunggu...
Arsya Khoirunnisa
Arsya Khoirunnisa Mohon Tunggu... Relawan - pelajar

parenting

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Yang Tak Sama Menjadi Indah

8 Oktober 2023   23:28 Diperbarui: 8 Oktober 2023   23:30 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dikenal dengan beragamnya etnis, suku, Budaya dan Agama. Hal tersebut menjadi kekayaan tersendiri bagi Indonesia. Dengan adanya banyak pulau yang tersebar, dan hutan yang rimbun, hal ini membuat bagian masyarakat Indonesia menciptakan kebudayaan dan keberangaman tersendiri.

Dengan ciri khas masing-masing daerah yang dibanggakan dan dilestarikan menjadi keindahan tersendiri. Membuat kita bangga menjadi bagian dari Indonesia yang memiliki keragaman.

Namun banyak masyarakat yang terlalu bersifat etnosentrisme, merasa kelompoknya lebih superior dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sehingga melahirkan sikap "Kami" dan "Mereka" sehingga lupa akan semboyan negara kita yaitu "Bhineka Tunggal Ika".

Fenomena tindakan Etnosentrisme itu juga dirasakan oleh Ai Nurhidayat seorang lulusan Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina dan juga sebagai penerima apresiasi SATU Indonesia 2020. Ai Nurhidayat hadir sebagai sosok penjaga toleransi multicultural.

Kegusaran yang melanda Ai Nurhidayat terhadap kondisi daerahnya yaitu Pangandaran, Jawa Barat yang sangat etnosentrisme karena minimnya pengetahuan terkait budaya luar membuat beliau mendirikan sekolah gratis yaitu SMK Bakti Karya pada tahun 2011.

SMK Bakti Karya ini hadir sebagai wujud gerakan public agar masyarakat dapat mengapresiasi adanya keberagaman di Indonesia. Dengan program sekolah gratis selama 3 tahu yang dibantu oleh masyarakat sekitar.

Demi mendukungnya indahnya keberagaman di Indonesia, Sekolah ini mendatangkan berbagai etnis dan agama. Yang tentunya kelas multikultural ini juga sudah mendapatkan perhatian public dengan bergabungnya 250 relawan dan kakak asuh.

Program Splach the Peace merupakan program menarik yang dihadirkan dalam SMK Bakti Karya ini, Program ini merupakan kegiatan ekspresi perdamaian sekolah multikultural dalam menjadikan siswa siswinya sebagai agen perdamaian. Selain program Splach the Peace tentunya juga terdapat program Kelas Profesi untuk mendapatkan jalan pengetahuan dalam memperoleh perspektif tentang dunia dan referensi kerja.

SMK Bakti Karya sudah memperoleh 150 siswa dari 28 provinsi dan 38 suku di Indonesia. Tentunya adanya SMK Bakti Karya ini sebagai tonggak lahirnya agen perdamaian dan diharapkan bukan hanya dilakukan di SMK Bakti Karya Parigi, melainkan dapat juga terjadi di tempat lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun