Nantilah engkau namai aku dalam luka
Kala mendarahi jemari lentikmu
Sesungguhnya hati ini telah lama berdarah
Sebelum engkau menggoresi sayatan baru
Nantilah engkau namai aku mati
Bila engkau memulas pusaraku
Sesungguhnya aku telah lama di makam
Sebelum tiadaku
Nantilah engkau namai aku patah hati
Saat engkau mengacar patahannya
Sesungguhnya hatiku telah lama rengkah
Sebelum tubian iris darimu
Nantilah engkau namai aku tumbang
Kala aku terjerembap di ujung kakimu
Sesungguhnya aku tersungkur berulang-ulang
Sebelum engkau mengamus kata iba
Nantilah engkau namai aku debur
Bila tubuhku tak terapung di lautan
Sesungguhnya aku telah lama karam
Sebelum engkau tahu apa itu karam
Nantilah engkau namai aku pergi
Saat aku terusir olehmu
Sesungguhnya kutelah lama jauh
Sebelum engkau memunggungiku
Nantilah engkau namai aku layuh
Kala kaki dan tanganku meronta
Sesungguhnya telah lama terkilir
Sebelum engkau melumpuhinya
Nantilah engkau namai aku malaikatmu
Bila engkau inginkanku
Sesungguhnya aku cumalah petaka
Sebelum perlumu tiba
Nantilah engkau namai aku pedih
Saat mata ini dalam tangis
Sesungguhnya tangis ini telah lama menemaniku
Sebelum engkau di pelukan orang itu
Ya,... orang itu
Yang engkau urusi raganya
Ya,... orang itu
Yang engkau rawati cintanya
-----------
Makassar, 23 Desember 2018
@m_armand fiksianer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H