Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ruahan Maya

10 Desember 2017   17:07 Diperbarui: 10 Desember 2017   17:27 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku lahir di lampau
Tiris maya
Aku hidup di kini
Ruahan maya

Aku di lalu
Jauhku di tengkar-tengkar
Sepi dalam tenang
Tenang dalam hikmat

Aku hidup di sekarang
Berdekatan dengan selisih
Perang-perang di alam linimasa
Masa berlumur marah

Seluruh kata terendap di silam
Kini bersilangan di depan wajahku
Hingga wajah-wajah sangar
Bermalukan

Ruahan maya, kendaraan cepat
Muati sampah-sampah kata
Lalu dibuanglah kata-kata itu
Mengenai kepada siapa saja, tak berkecuali

Ruahan maya, jembatan pendek
Dilintasi caci dan maki
Lalu aku harusnya apa?
Lalu aku dimesti apa?

Oh Tuhan, kuberkeluh lagi
Di zaman gesit dalam maju
Di budaya didera-dera:
Hitungan mundur

------------------------
Makassar, 10 Desember 2017
@m_armand fiksianer
Powered by Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun