Aku lahir di lampau
Tiris maya
Aku hidup di kini
Ruahan maya
Aku di lalu
Jauhku di tengkar-tengkar
Sepi dalam tenang
Tenang dalam hikmat
Aku hidup di sekarang
Berdekatan dengan selisih
Perang-perang di alam linimasa
Masa berlumur marah
Seluruh kata terendap di silam
Kini bersilangan di depan wajahku
Hingga wajah-wajah sangar
Bermalukan
Ruahan maya, kendaraan cepat
Muati sampah-sampah kata
Lalu dibuanglah kata-kata itu
Mengenai kepada siapa saja, tak berkecuali
Ruahan maya, jembatan pendek
Dilintasi caci dan maki
Lalu aku harusnya apa?
Lalu aku dimesti apa?
Oh Tuhan, kuberkeluh lagi
Di zaman gesit dalam maju
Di budaya didera-dera:
Hitungan mundur
------------------------
Makassar, 10 Desember 2017
@m_armand fiksianer
Powered by Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H