[caption caption="foto: Ankatama/Vemale.com"][/caption]
Pada seorang ayah agung
Tepat di sejajar dadanya
Ia pajang foto anaknya
Di taksi tarikan nafas hidupnya
Di tiap-tiap malas merayu
Ia tengok foto anaknya
Rajinnya pun terundang
Pada taksi s'gera melaju-laju
Kepada foto anaknya
Ia bertutur halus: "Ayah bukan yang dulu"
Pada penumpang dalam diamnya
-Ada gerangan apa dengan sopir taksi ini?
Sopir taksi itu bertutur kemudian:
Ayah tak mengharapmu menjadi anak berbintang
Seumpama bintang sekolah-bintang film
Tak jua memimpimu jadi bintang politik
Ayah t'lah cukup bangga
Bila engkau tak berkelahi dengan kakak-adikmu
Ayah yang sopir taksi itu bertutur-tutur
Sesekali ia melambung pandang
Pada tempurung kepala kerabatnya
Berdarah-darah, muncrat di aspal
Ditikam dagang dari orang di tahta saham
-----------------
Makassar, 23 Maret 2016
@m_armand kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H