[caption caption="Kong Ragile sedang melerai Pak TD dan aku"][/caption]Mendingan saya disuruh nguji skripsi atau thesis mahasiswa karena head to head, bisa berinteraksi langsung dengan yang diuji. Bisa bertanya apa maksud yang dia tuliskan, daripada disuruh jadi juri di lomba humor Planet Kenthir. Andai boleh berinteraksi langsung dengan penulis-penulis humor itu, ya itu lebih baik. Biar saya bisa tanya apa maksud tulisan humornya itu. Hanya saja, saya malah ketakutan karena antara pertanyaan dan jawaban bakalan gak nyambung. Malah ada yang bertanya balik ke aku, nantinya. Atau malah sebbel, dosen kok gak paham-paham. Kepruk! Juri apaan ini! Hahahaha
Ya! Yang ikut lumba-lumba humor PK, teman cemuah. Pusing pala atas. Sepertinya saya mau mundur dari juri. Siapa yang harus kumenangkan? Lah, tulisan humor peserta asyik-asyik. Bikin ngakak-ngakak, senyum-senyum, cekikikan dan apalagi ya. Oh iya, bikin stres. Mosok ada peserta masa kecilnya berperkara secara perdata dengan maling soal linggis. Itulah Mas Sarwo! Hahaha
Diangkat jadi juri, itu enak banget kedengaran. Beratnya: bagaimana bekerja sebagai juri. Saya sih maunya gak perlu juri-jurian, langsung aja menang semua atau kalah semua. Biar praktisssss.Â
Tuh Mas Joko P, kisah nyatanya, soal protokol di upacara anak sekolahan. Yang baca doa dipanggil Jerangkong. Nanti juga kalau saya menangkan Mas Joko P, kupanggil ia Jerangkong II. Belum lagi Mbak Rahayu yang umpetin rokok bapaknya untuk sebuah usaha kecil-kecilan, menambah uang saku. Adapula Bung Thamrin Sonata yang berkelahi dengan setan yang dikerangkeng. Terus, Ustad Jalur Gasa dihantui kereta di CirebonG sana. Nah, Bang AJ nulis humor soal lokasi Kompasianival 2015 lalu: Gancit! hahaha
Mbak Lilik dengan anehnya, ngerjain CD ustadnya. Ada Mas Susy yang mau cari angin di luar! Tapi takut polisi. Emangnya angin itu harus dicari. Perasaan angin itu di mana-mana, gak perlu dicari-cari. Dan masih banyak yang lain yang aku belum baca, cuma liat judul doang. Lah, banyak begitu pesertanya. Trus dikasih waktu mepet begitu untuk menentukan pemenang lombanya. Mendingan saya disuruh antar customer Go-Jek 120 Km. Capeknya jelas, ukuran kilometernya jelas. Lah, kalau menilai artikel, cara ngukurnya gimana?
Saya sih maunya, pemenangnya adalah yang akrab denganku, tapi akrab semua sih. Jadi susah! Kalau ukurannya adalah humor seksi, saya gak akan pusing karena Mas Jati Kumoro-lah pemenangnya! Jadi mesti ada spesifikasi. So, kalau ada kawan-kawan yang belum menang nantinya, itu bukan saya pelakunya. Tapi juri lain! Hihihi
Jadi pesanku, besok-besok ditawarin jadi juri, mending ditolak. Lebih enak jadi peserta karena bisa memusingkan juri. Sedang jadi juri tidak bisa memusingkan peserta!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H