Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lilin Kecil Penderita AIDS

1 Januari 2016   18:11 Diperbarui: 2 Januari 2016   00:11 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiprah di dunia pendidikan

Terlahir dari keluarga sederhana, ayahnya bernama Adam Suaib, ibunya bernama Hj.Omming. Masa kecil Arlin Adam, dituntaskan di Jl.Onta no 28 Pangkajene-Sidenreng Rappang. Suata waktu, Arlin bercerita bahwa ia sering memikul karung-karung yang berisi kotoran ayam, dia dibayar oleh pengusaha lokal untuk keperluan pupuk kandang. Arlin lakukan ini untuk ongkos sekolahnya di SMP dan SMA di Sidrap. Ia menceritakan ini, bukan dalam ekspresi sedih, malah ia senang akan masa lalunya yang bekerja keras, termasuk membantu ayahnya di sawah sepulang sekolah. Berdasar pada pengalaman itu, Arlin berprinsip bahwa hanya ada dua yang bisa mengubah nasib manusia: 1) Pendidikan dan 2) Kerja keras.

Begitulah keteguhan Arlin Adam, sampai diterima sebagai mahasiswa di Universitas Hasanuddin, tahun 1991. Di Unhas, selama menjadi mahasiswa, Arlin aktif di beberapa organisasi mahasiswa, intra dan ekstra. Ia pernah menjabat Ketua Senat Mahasiswa (BEM) di fakultasnya. Bakat berorganisasinya, membuatnya untuk selalu berdinamika, wajarlah setelah menjadi Sarjana Kesehatan Masyarakat, ia secara musyawarah terpilih sebagai sekretaris umum pada organisasi profesi Persatuan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) di tahun 2002, silam.

Pada perjalanan berikutnya, Arlin Adam mencoba membuka sebuah fakultas di Universitas Pejuang Republik Indonesia, maka tahun 2004, lahirnya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Pejuang Republik Indonesia (FKM UPRI) Jalan Gunung Bawakareang no.72 Makassar, Sulawesi Selatan. Penulis dekat dengan Arlin Adam, hingga apa yang tertuliskan di sini, sesuai dengan pengamatan penulis.

Di FKM UPRI, Arlin Adam memulai karier sebagai Wakil Dekan IV Bidang Pengembangan dan Kemitraan, berikutnya dia diberi amanah sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik, hingga akhirnya menjadi Dekan FKM UPRI di tahun 2013. Tak mudah mengemban tanggungjawab pada sebuah perguruan tinggi swasta, apatah lagi dengan adanya himbauan kementerian pendidikan tinggi bahwa perguruan tinggi di Indonesia sama derajatnya. Tantangan internal dan eksternal, Arlin melaluinya dengan spirit pendidikan, semangat mendidik anak negeri. Hingga warga Sulawesi Selatan, Papua, Flores, Maluku dan seterusnya dimintanya untuk melanjutkan pendidikan di kampus tertua di Sulawesi Selatan itu.

FKM-UPRI telah meluluskan 1.503 sarjana dengan berbagai kompetensi, alumni itu telah banyak tersebar di berbagai daerah dan menjabat sebagai Kepala Puskesmas setempat. Arlin men-sarjana-kan anak-anak manuisa itu, jangan sangka tanpa kesulitan di sana sana-sini. Karea dunia akademik itu, dunia yang rumit. 

Kisah Mahasiswa Tukang Batu

Paulinus, nama mahasiswa itu, tiga semester menunggak SPPnya. Ia dipanggil Arlin Adam sebagai dekan, berceritalah Paulinus tentang kehidupannya, sehabis kuliah ia menjadi tukang batu. Singkat kisah, Arlin Adam berdiri dan terenyuh dan memanggil staf keuangan. Arlin meminta agar mahasiswa ini dibebaskan tunggakan SPP-nya, dan Arlin Adam secara pribadi yang melunasinya. Mata Paulinus sembab, dan menyelami tangan Arlin Adam. Banyak kisah akan sosok Arlin Adam, sosok muda yang peduli pendidikan pada masyarakat yang kurang mampu dan memiliki motivasi kuat untuk melanjutkan pendidikan.

[caption caption="Foto: Dokpri Muhammad Armand (2015)"]

[/caption]

Naluri kependidikan Arlin Adam, hingga ia takkan diam bila ada seorang saja yang enggan ber-sekolah hanya karena alasan klasik, yakni keuangan. Arlin meyakini bahwa tiap-tiap orang menuntut ilmu, telah diluangkan jalan. Jadi soal biaya sekolah, banyak cara untuk menuntaskannya baik lewat bekerja, beasiswa ataukah cara menabung sebagai antisipasi kepada terbengkalainya pendidikan gegara biaya. "Ini momok yang wajib dibuatkan strategi agar soal biaya tak lagi menjadi kendala serius di kampus", ujarnya suatu waktu.

Di masa kepemimpinan Arlin Adam, ia merekomendasikan 9 (semiblan) dosen di FKM UPRI untuk lanjut ke program doktoral, dan ke sembilan dosen itu telah memasuki tahapan penelitian di univeritas yang dahulunya bernama IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Penulis pernah menanyakan kepada salah seorang mahasiswa program doktoral itu, ia berkisah singkat bahwa ternyata soal biaya di S3 bukanlah kendala utama, yang jadi problem besar jika kita tak punya kemauan untuk sekolah lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun