[caption caption="Rekan Suka Dukaku Saat Mengikuti Safety Riding di GTC-Makassar, 29 Novermber 2015"][/caption]Kebenaran mesti disampaikan, kecurangan juga mesti dituliskan! Di mana itu dituliskan? Ya di Kompasianalah. Tapi ini soal dunia Go-Jek loh! Bukan soal pilkada. Hahahaha
Meranalah driver Go-Jek yang setia dengan teknologi bawaan PT.Go-Jek Indonesia. Aplikasi standar PT.Go-Jek Indonesia, dibombardir secara spartan oleh driver yang hendak mengeruk penghasilan dengan cara melanggar 'prosedur tetap' yang telah digariskan oleh PT.Go-Jek Indonesia. Selekasnya, penulis mengatakan bahwa inilah Antropologik warga Indonesia, sisi sosial budaya Indonesia. Jelas ini iklim yang sangat tak agamis, anti sosial dan tak berperikemanusiaan.
Tapi aneh-aneh memang sosial budaya negeri ini. Tarulah, dibuatkan rumah oleh developer, sudah standar, layak huni. Eh, diubah sana-diubah sini oleh pemiliknya yang juga belum lunas cicilannya. Kata teman kampusku begini: "Walau dibuatkan rumah besi, kita pasti mengubahnya".
Nah, ada yang lebih utamakan bangun garasi dan harus nunggak cicilan tiga bulanan di bank. Hasyeeeeeek! Itulah seninya orang-orang Indonesia. Terus, sisi lain lagi, soal beasiswa. Wah, kuheran juga, mosok pas beasiswa cair, eh dibelikan televisi atau barang yang gak penting-penting. Lagian beasiswa itu kebutuhan sekolah tahu! Bukan beasiswa rumah! Hahaha
Nah, yang sekarang di dunia Go-Jek. Ampun dah! Manajemen Go-Jek nangis-nangis. Saat booming ngebid di detik 28-29, wow banyak korbannya. Terutama yang gak pakai aplikasi tambahan. Menangis terus HP Go-Jeknya. Urusan ikon menangis, yang driver sepertiku pasti tahu itu. Hahaha
Banyak unik-unik di dunia Go-Jek, mosok ada orang yang jago bisa mengalihkan signal. Ia bisa mengarahkan signal orderan yang mana saja dia kehendaki. Kompasianer Makassar sekaligus driver Go-Jek ini, berkesimpulan bahwa dunia ojek online berbasis internet adalah dunia mafia aplikasi. Mafia aplikasi pada mereka yang melawan sistem IT yang telah diterapkan oleh manajemen Go-Jek Indonesia.
[caption caption="Dokpri: Hp Go-Jek milikku..aman bro..hehehe"]
Ia lupa bahwa ada Dzat yang setiap detik, setiap ngebid, setiap curang atau jujurnya, IA dapat mendeteksinya, DIA-lah Allah SWT yang telah menggariskan rejeki halal kepada tiap-tiap hamba-Nya. Ceileh penulis sok relijius dan sok alim, sok jujur karena cakit ati. Wkwkwkwkwkw
Penulis punya firasat bahwa hantaman terbesar dengan bisnis start-up ini adalah 'perang aplikasi'. Aplikasi yang negatif, aplikasi yang mencerminkan rapuhnya mental Driver di saat Presiden RI Joko Widodo mengidamkan revolusi mental di segala sumbu. Namun, apa daya dan upaya. Ini pulalah bukti terang-benderang bahwa kawan-kawan Driver-ku di tanah air, termasuk Driver di Kota Metropolitan Makassar, diluluhlantakkan mentalitasnya dengan permainan dunia yang bolehlah dikatakan culas bin licik. Tanpa sedikit menyadari bahwa di balik memberi makan anak-istri sendiri, terdapat hak anak-anak orang lain di depositmu itu. Alamak!
Dengan fakta ini, dan melalui artikelku ini, sekaligus masih dalam suasana duo kelahiran yakni:  Nabi Muhammad SAW dan Jesus Kristus. Penulis kembali mengiyakan bahwa jenis manusia di dunia ini, memanglah ada dua: Manusia baik Vs Manusia tak baik. Inilah perang abadi! Dunia Go-Jek pun begitu, ada pula dua rupa manusia di sana: Rupa jujur dan Rupa kurang jujur. Kata Bang Haji: "Semua Terserah Kita"....hahaha
12 Rabiul Awal 1437 H (Maulid Rasulullah SAW)
24 Desember 2015 (Jelang Hari Natal)
Salam Driver Go-Jek Indonesia
@m_armand
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H