Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Industri Derita di 'Sehangat Matahari Pagi'

18 Desember 2015   05:07 Diperbarui: 18 Desember 2015   07:54 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andai Thamrin Sonata, konsultasi judul buku itu ke saya....hahahaha konsultasi...emang pawang judul? Tapi, suer! Kata matahari itu, sebuah kata yang 'berat', massanya juga berat. Saya ingin sekali me-replace judul buku itu dengan: Sehangat Mentari Pagi. Apa bedanya antara matahari dengan mentari. Ya bedalah secara rasa bahasa. Kata mentari itu lebih soft-anggun-cantik. Sedang matahari itu: gagah-gentle-hard.

Ada sisi yang terlupakan di buku ini. Ialah: Pak Tjip tidak diberi ruang untuk membenarkan atau tidak membenarkan akan sekitaran 64 (enam puluh empat) artikel-puisi di buku bersampul smart itu. Pak Tjip latah dari sekian-sekian apresiasi dari para Kompasianer. Andaikan saya yang dituliskan di semenanjung sanjungan itu, maka saya akan bercanda: "Gak gitu-gitu amat deh". Khan asyik! Sekali-sekali ngecewain orang yang sedang menyanjung, Sing penting, halus penyampaiannya. Iya toh!

Makassar, 18 Desember 2015
@m_armand

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun