Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Minta Sumbangan di Medsos pun Ada Etikanya

14 Juli 2015   11:41 Diperbarui: 14 Juli 2015   11:56 3872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  

Bergerak juga kemauanku untuk menuliskan fenomena sosial-budaya di area media sosial, dan adikku Tubagus Encep meng-inbox dan minta sumbangan untuk sebuah panti asuhan di daerahnya. Penulis dengan santai menjawab bahwa abang juga punya panti asuhan. Akhirnya adikku itu ngakak. Berlanjut pada puluhan kawan melakukan hal yang tiada beda dengan adik T.E. itu. Tapi penulis sengaja lupa untuk membalasnya. Khawatirnya bila berlanjut pada tawaran-tawaran berikutnya. Ini soal biasa saja, dan menjadi luar biasa bila pelaku berulang-ulang lakukan Personal Message. Kasus serupa ini adalah kasus umum, maksud penulis tiada yang genting dan tiada KLB (Kejadian Luar Biasa), akan beda perkaranya bila berhubungan dengan ancaman kematian, kelaparan, kecelakaan ataukah tragedi kemanusiaan lainnya.

Lalu. via kejadian ringan ini, penulis hendak menuliskan tentang etika awal saat berniat meminta sumbangan kepada kerabat dunia maya:

Telusuri orang yang diajak menyumbang!

Dunia medsos, dunia mengintai. Nyaris informasi menyeluruh terhadap sosok-sosok orang terjumpai di sana, begitu lapangnya area untuk mengenal secara virtual seseorang di 'alam maya' ini. Simak dengan cermat status pribadi mereka yang tak lagi bisa disebut 'privacy' sebab telah atau sedang dipublikasikan. Foto-foto kegiatanpun, berjuntaian dan berangkai-rangkai di sana. Dengan teknik ini, kita dapat berhipotesa bahwa orang ini, pun memiliki donasi (donatur tetap) pada sebuah institusi kemanusiaan. Maknanya apa kira-kira? Itu artinya bahwa nyarislah orang-orang di medsos itu memiliki 'kewajiban' menyantuni sesama secara administratif dan finansial. Penulis akui bahwa memberikan donasi kepada lebih dari satu lembaga akan lebih baik-bermanfaat-sosial, tetapi jarang-jarang penulis temukan itu. Di kampusku sendiri, kolega-kolega telah anggarkan keuangannya tiap bulan untuk sebuah donasi ke lembaga-lembaga sehingga kami saling mengerti dan tak saling 'merecoki'. Ini salah satu etika yang wajib dipahami!

Jangan iseng

Meminta donasi kok iseng banget! Seolah permintaan 'biasa', padahal lagi ini soal serius, soal kemanusiaan juga dan perkara amanah, kredibiltas. Penulis belum pernah menerima inbox yang dilengkapai dokumen, gambar-gambar aktifitas sebuah lembaga, tahun pendirian, dan juga susunan personalia/pengurus. Manalah mungkin semudah itu penulis menaruh percaya walau yang menginbox itu, ya penulis percaya orangnya. Hanya kurang meyakinkan perihal 'potret' lembaga yang butuh bantuan dana tersebut. Belajarlah pada teknik permintaan sumbangan dana di dunia nyata bahwa kelewat konyol meminta sumbangan hanya lewat SMS.

Dengan hanya andalkan narasi singkat via inbox, itu tak bisa disebut permintaan sumbangan dalam kategori serius. Seakan-akan pelakunya cuma 'iseng', so wajarlah permintaan itu jarang terpenuhi. lah cuman iseng, kesannya! Nah, bila sedang membaca artikel humaniora ini, berharap banget penulis untuk menggamit kesadaran pembaca (inisiator/mediator) untuk soal yang juga serius ini. Serius dan serunya karena soal minta sumbangan itu adalah tradisi-budaya, jadi tradisikan dengan profesional, budayakan dengan kesungguhan untuk agenda permintaan sumbangan.

Sertakan proposal

Ya mbok, apa susahnya sih sertakan proposal sederhana, file-nya di attach dengan cermat, baik dan utuh! Jelas ini akan jadi pertimbangan psikologik dari calon penyumbang. Lalu, bisa jadi kita atau Anda mikir dan berkata: "Kok ribet?". Anda pikir meminta sumbangan itu bukan pekerjaan berat? Tak sesederhana itulah! Ya gak ribetlah, kegiatan mohon bantuan dana itu perihal sosial, perkara kemasyarakatan, dan i'tikad baik demi harmoni sosial juga. Se-sederhanapun proposal itu, tetap saja akan menarik untuk dibaca oleh kandidat. Apatah lagi ber-lembaga, tentu punya penanggungjawab, dasar yuridis dan tetek bengek lainnya. Apatah lagi lelaki yang kayak penulis ini, hidup tak sendiri, punya istri yang wajib kumintai pendapat. Lalu, penulis mau cerita apa jika modalku hanya ini: "Apa kabar Bang? Saya mengajak Abang untuk berpartisipasi dalam pendidikan anak-anak yatim di kampungku, bila berkenan silakan transfer ke nomor rekening ini 092xxxxxxxxx".

Nah, cara mengajaknya sudah benar tetapi jauh dari memadai. Jadi, untuk permintaan donasi, bacalah ini dengan pelan: dibutuhkan k.e.s.e.r.i.u.s.a.n! Karena serius saja belum tentu berhasil apatah lagi kagak serius!

Salam Kompasiana Siang

--------------

Ilustrasi: proposal-usaha.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun