[caption id="attachment_412541" align="aligncenter" width="300" caption="news.okezone.com"][/caption]
Berkali-kali sudah, penulis menjadi peserta Tes Potensi Akademik (TPA) untuk kepentingan karier dan pendidikan. 250 butir soal, durasi 3,5 jam. Itulah jumlah soal terbanyak atau waktu terlama yang penulis tempuh -saat diwajibkan lagi- dalam penyelenggaraan TPA di Universitas Hasanuddin per tanggal 23 April 2015. TPA-ku, kali ini terbilang terberat. Lantas, apa relevansinya dengan media ini? Bahkan dengan sesumbar, penulis menyebut-nyebut Ilmu Kompasiana! Apakah 'ilmu' ini serumpun dengan ilmu kedokteran, ilmu antropologi atau teknik sipil? Sedang TPA adalah perkara yang teramat seru dan serius. Demi memprediksi (bukan mengukur) kemampuan akademik penulis di masa datang!
Mau kebetulan atau tidak! Pastinya soal nomor pertama adalah FIKSI (dicapitalkan dan dibold), penulis langsunglah tertuju pada sebuah rubrik; Fiksiana. Begitu relaksnya penulis menjawab padanan kata terdekat dengan fiksi, dan juga istilah bait. Penulis tersenyum-senyum kecil, bergairah dan sungguh menikmati tes ini. Soal berikutnya, bersua dengan kata 'Rejuvenasi', penulis terkekeh dalam batin dan mengingatkanku pada sebuah artikel: Siluman Ular Cantik Jelita dan Rejuvenasi Teater Koma oleh Andre Jayaprana. Penulis tak terkecoh sama sekali dengan kata itu, dan juga lima opsi jawaban yang tertera-nyaris benar seluruhnya. Ini referentorku: "Rejuvenasi bukanlah kata yang baku dalam bahasa Indonesia tapi menjadi sangat populer dan menggiurkan untuk digunakan terutama dalam kesempatan kali ini. Mari lihat dalam bahasa Inggrisnya:Rejuvenation, berasal dari rejuvenate yang antara lain berarti: to make young or youthful again : give new vigor to; to restore to an original or new state; to cause or undergo a renewal of youthfulness" (artikel Andre Jayaprana). Kusambar jawaban pasti:Â Peremajaan! Penulis haqqul yaqien atas jawabanku di sesi TPA Verbal ini.
[caption id="attachment_412540" align="aligncenter" width="300" caption="lembar jawaban TPA milik penulis (dokpri)"]
Berikutnya, soal menukik di zona TPA Numerik, berjumpa lagi dengan logika mathematics (x²+y³+z²+¾). Terpikirkan lagi hebohnya PR seorang anak  SD (4+4+4+4+4+4 = 4 x 6 = 24) di Kompasiana. Penulis amatlah berterima kasih atas kehebohan PR anak SD itu, sebab Kompasiana berpesta artikel dan memberi pencerahan akan kasus itu. Di situlah, penulis banyak membaca tulisan-tulisan tentang penyelesaian yang tepat-akurat-benar. Penulis mengoleksi dalam memori akan seabrek artikel itu!
Selanjutnya, TPA itu (yang beberapa kali penulis ikuti, red) bukan hanya uji kognitif, logika tetapi juga sejauh apa wawasan kita akan sebuah 'soal'. Wawasan adalah material, sedang logika (jalan pikiran) adalah prosesornya. Dan, tiada terhitung akan kegunaan artikel-artikel di Kompasiana yang amat menopang dan menyanggah penulis dalam mengerjakan soal-soal TPA, dua hari lalu itu. Tiada cukup halaman ini, untuk penulis tuliskan sebahagiannya,apatah lagi semuanya.
Rekomendasi
Lama sudah, penulis ingin suarakan bahwa menulis memanglah berbagi-bagi ilmu, pengalaman dan share perasaan. Lebih jauh lagi, penulis kangenkan bahwa jangan berhenti sebatas menulis sebab itu dapat dikategorikan 'egosentris', tetapi berikhtiarlah untuk banyak-banyak bertamu ke artikel kawan-kawan di Kompasiana kecuali punya alasan yang sangat akurat hingga tiada sempat bertandang ke lapak teman-teman. Penulis telah menuai hasil yang teramat membantu-menunjang-menopang hubungannya dengan tes-tes di perguruan tinggi.
Jualan rekan-rekan di Kompasiana, jangan terbiarkan dalam sepi. Cobalah menengoknya, ada-ada saja manfaat yang tertawarkan di sana. Lebih dari manfaat praktis, dapat ditemukan di Kompasiana! Apakah itu? Jawabku; pembentukan karakter, gesture dalam memberi tanggapan/komentar, kiat-kiat solutif dalam keseharian yang dijejali beragam problematika kehidupan yang fana ini!
Jangan mau mati!
Penulis terkoneksi dengan Kompasiana, 4 tahun sudah. Rimbun pertengkaran dan subur selisih pendapat, jangan pernah mau mati dan berantem all out di media milik kita ini! Kenapa? Karena kurang manfaatnya (bukan tidak ada manfaatnya, red) menuntaskan sisa-sisa usia untuk urusan negatif-devian-absurd! Jangan sangkakan bahwa penulis steril dari pembantaian ringan-sedang-berat atas artikel-artikel penulis. Malah pun, beberapa kawan melontarkan martil dan muak dengan penulis. Tiada akan pernah kuinapkan dalam batin, sebaliknya penulis akan bergumam: "Boleh-boleh saja kurang menyukai tulisan dan kepribadianku, namun segala itu akan kubalas dengan cinta. Ya cinta padamu". Inilah opsi terindah di antara opsi-opsi lain! Sebab, engkau mau apa bila aku mencintaimu? Bingung pasti! Hahaha
Sabar bila tak direspon!
Beberapa kawan berkeluh, merasa aktif memberi tanggapan kepada tulisan teman. Tapi teman tersebut, tak sekalipun memberikan vote, apatah lagi tanggapan/komentar kepada tulisan kawan yang mengeluh itu. Betapa mundur metode berpikir kita, bila itu dipikirkan serius. Itu pikiran yang mematikan! Tiada guna hidup berpikir miring serupa itu!
Karena, di Kompasiana itu secara tersirat, kita sedang dalam area "Psiko-Tes dan Tes Potensi Akademik", coba-cobalah sisakan waktu berpikir bahwa dalam menyikapi interaksi maya ini, kita pun sementara mengasah kecerdasan psikis, keuletan logika, dan pembuahan kognitif/wawasan. Intisarinya, tetaplah di sini! Di Kompasiana ini! Perihal kebermanfaatan, waktu akan setia berbicara, faktapun akan selalu menghampiri, di pusaran hidup kita, efek-efek positif-produktif akan mengelana di diri kita, untuk lebih baik. Ya, untuk lebih baik! Ber-Kw!
Makassar, 25 April 2015
Salam Kompasiana Pagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H