Bila rekan Anda mengajak, dan sesungguhnya Anda tidak siap atau sama sekali tidak bisa. Maka katakanlah sejujur-jujurnya. Karena itu selalu lebih baik! Berguna bagi Anda dan juga bermanfaat bagi Si Pengajak. Â Ketika ditelpon untuk bertemu, jangan gegabah menjawabnya. Gunakan intermediasi waktu, tunda jawaban pasti. Katakan dengan sederhana dan jangan lupa sertakan kata 'maaf' bila memang sudah diputuskan untuk menolak ajakan itu disebabkan telah didahului oleh agenda lain, ataukah agak tidak enak badan, ataukah capek misalnya. Anda wajib egois, di sini. Sebab tubuh juga harus egois, tubuh itu tiada pernah berdusta. Jadi, jangan juga dustai tubuh Anda.
Inilah disebut asertif dalam psikologi! Sebuah karakter yang menguatkan diri, mengokohkan pendapat, mensinkronkan antara pikiran-rasa-tindakan. Lantas, masalahnya di mana? Takutnya dengan karakter asertif diidentikkan dengan ketidakmengertian akan tata krama pergaulan dan pertemanan! Oh tidak kawan. Asertif itu malah wajib dijulangkan. Di sana hadirlah identias Anda yang sesungguhnya, yang mampu berkata "Ya" bila memang seharusnya "Ya". Begitupun sebaliknya, berkata "No" jika memang seharusnya demikian.
Para psikolog sudah sangat lama meneliti perilaku manusia serupa ini, bahkan telah terbit berbagai buku-buku psikologi yang mengkaji perilaku manusia ini. Sebut saja sebuah buku dengan judul: "How to say no!". Buku ini terbit dilatari oleh banyaknya manusia berkata terbalik-balik. Mirip-mirip lagunya Raja: "Benci Bilang Cinta" hahaha
Lalu perkembangan perilaku manusia berjalan terus-menerus, bukan lagi sekadar "How to say no" tetapi sudah di parkiran: "How to say sorry". Nah, inilah solusi psikologiknya, asertiflah dengan memakai pola kalimat cerdas dan tak mengecewakan ringan kepada seseorang yang mengajak Anda, seumpama itu adalah atasan, paman, bibi, sepupu, kolega bisnis, teman jejaring sosial ataukah sederet bentuk pertemanan lainnya.
Contoh asertif: "Maaf, lain kali saya pasti bisa, namun kali ini saya belum bisa. Dan saya beruntung sekali mendapat ajakan ini sekaligus saya belum beruntung karena belum bisa bertemu dengan Anda". Ini cumalah sebuah contoh diksi penolakan halus, tentulah melihat siapa teman berbicara, akan lain pilihan diksinya bila itu adalah atasan, paman ataukah lainnya. Kita tiada perlu mencari-cari 'alasan mati', itu kekonyolan belaka.
[caption id="attachment_409675" align="aligncenter" width="300" caption="tutzone.org"]
Mengembangkan asertif diri, memiliki manfaat luar biasa, yakni: orang lain menerima karakter kita tanpa kamuflase. Dan sesungguhnya, asertif diprioritaskan kepada gaya komunikasi, kemampuan menyampaikan pesan yang kuat namun tak menyinggung orang lain. Itu esensinya!
Salam Asertif Kawan Kompasianaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H