Padanan kata artikulasi adalah tata tutur, pola berkalimat, dan corak berkata-kata. Tiap-tiap penulis puisi punya aliran tersendiri, sangat berbeda dengan penulis puisi lainnya, siapapun orang itu. Orang hanyalah mengidentikkan gaya bahasa antara satu penulis puisi dengan lainnnya. Lalu apa yang 'wajib' dilakukan dalam pemilihan artikulasi, konkritnya seleksi kata. Penulis puisi mengenal tiga tingkatan kata: padat, sedang dan cair. Kata 'cair' amatlah longgarnya, banyak pilihan kata yang lebih spesifik, istimewa dan punya daya dobrak tinggi. Sebaliknya, kata 'padat' itu, sudah optimal, tiada kata lagi yang bisa me-replace-nya. Di sanalah kepuasan jiwa penulis puisi sepertiku, sang pembelajar ini. Puasnya bila memeroleh 'ilham' dan bersua sebuah kata yang paripurna, cantik dan 'sangat dalam'.
Skenario
Jangan bilang puisi tak berskenario, sebab hadir urutan kisah di dalam sebuah puisi. Skenario inilah lahirkan 'penata gaya' dalam sebuah puisi. Inilah plot yang mesti disesuaikan skenario penulis puisi. Puisi tanpa skenario, amatlah sulit temukan akhir dari 'instruksi' penulis puisi. Pra penulisan puisi, nyaris dipastikan penulis puisi sudah pahami intisari puisinya, pesan-pesannya dan suluhan-suluhan humanioranya. Mari kita mencoba membaca sebuah puisi, judul: "Menyesal", Karya Ali Hasjmi. Puisi lawas, terhapal olehku puisi ini di masa Sekolah Dasar di Kampung Mandar-Sulawesi Barat, sana. Almarhumah ibuku, pun sangat suka puisi ini, hingga beliau kerap memintaku membacanya hingga puisi terhafal jua.
---------------
Menyesal
(Karya: Ali Hasjmi)
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi