PERANG terbuka adalah karakter dominan ibu negara kita ini. Pemilik wajah oval, mata binar dan pipi tembem. Dari tilikan psikologi, yang bersangkutan adalah pencari perhatian kelas satu. Ratusan tahun para ahli psikologi telah meneliti sifat-sifat wanita menurut gambaran wajah, raut muka dan rupa. Bentuk wajah yang telah dianugerahkan Allah kepada Ibu Ani Yudhoyono 'ditakdirkan' untuk akrab dengan ngambek, sedikit ego dan manja.
Penulis telah berkelana di internet, adakah respon seorang suami bernama Soesilo Bambang Yudhoyono terhadap tingkah istrinya dalam melayani komentar di instagram? Penulis tak temukan 'perhatian' SBY kepada istrinya. Hipotesa penulis bahwa SBY minim sentuhan psikologik kepada istrinya. SBY tak salah, sebab beliau juga terkategori sebagai lelaki manja, tak sulit menangis, perfeksionis, rapi dan sedikit melankolik. Itu konsekuensi terlahir sebagai putra tunggal.
[caption id="attachment_316474" align="aligncenter" width="300" caption="www.liputan6.com"][/caption]
Karakter wanita, sungguh kuat umpetkan perasaan. Kaum yang satu ini amatlah piawai mengurung rintihannya, hingga yang meletup adalah aksara non verbal. Perkara layanan komentar Ibu Ani di medsos, itu memang verbal, tetapi itu simbol non verbal kepada orang yang terdekat dengannya, dialah SBY, suami dan ayah dari kedua putra Ibu Ani.
Penulis pun terkaget-kaget, saat 'ribut-ributnya' Ibu Ani Vs Warga di akun medsosnya. Dugaanku -kala itu- ini akan berkelanjutan. Karakter Ibu Ani -sisi psikologi- ditekan akan melawan. Soal etis tidaknya, itu persoalan belakangan. Yang subtansi, beliau telah luapkan sifat dasarnya, induk emosinya, dan ranting kekecewaannya.
Sungguh kontra-produktif, SBY yang menjadi 'guru' kepantasan, kepatutan, kesantunan dan kesopanan. Toh, ajaran SBY tak reflektif kepada Ibu Ani, istrinya. Â SBY di sini, mengoptimalkan 'rayuan' kemayu, ajakan tak langsung, kepada istri dan anak-anaknya. Itu tak taktis, menyalahi strategi menjinakkan hati wanita. Penulis meyakini bahwa SBY pun resah atas 'ulah' istrinya. Ibu Ani pengumpan yang baik, stimulator sempurna. Sayang sekali, beliau tidak memiliki pertahanan yang kuat. Hingga counter attack dari 'lawan-lawannya' berakhir pada diamnya.
Sebutlah, umpan teranyarnya: "Lho, Ibu Jokowi dan Ibu Ahok ke mana yah? Koq saya yang dimarahi". Umpan ini telah disambar sempurna oleh Jokowi: "Istriku tidak punya instagram. Mikirin banjir aja susah, apalagi mikirn instagram". Teramat terang, kalimat Jokowi ini terbersit 'dukungan' kepada follower Ibu Ani yang menggugat keasyikan main instagram ketimbang care kepada banjir dan korbannya di ibu kota.
Lagi-lagi, penulis pertanyakan peran SBY sebagai suami. Sebab, hanya SBY yang bisa mengerem 'tingkah' istrinya. Sebaiknya beliau berdua, mengkomunikasikan perkara 'kecil' ini. Sebab lagi, dampak sosialnya cukup besar akan medan perseptual masyarakat kepadanya. Barangkali, SBY bisa berbisik ringan kepada istrinya: "Maaf Bu, sebaiknya jangan layani komentar secara reaktif di instagram ibu, mereka itu anak-anak, ini alam demokrasi, setiap warga bisa berpendapat dan menilai. Mereka tidak salah, malah itu kritikan yang konstruktif. Ibu juga tidak salah. Banyak-banyaklah bersabar Bu".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H