Target nilai A itu manusiawi, normal dan itu achievement setiap mahasiswa, berilah alasan kepada saya, hingga Anda menargetkan nilai A itu. Apa indikasinya? Jadi, saranku sebagai penasehat akademik. Kenali setiap matakuliah yang Anda program, kenali GBRP dan Silabinya. Apa visi matakuliah itu? Tingkat kemudahan dan level kesulitannya di mana? Anda bisa tanyakan lagi kepada eks pengambil matakuliah itu, di mahasiswa lainnya. Setiap matakuliah punya manual dan guide, telah tersedia di bagian akademik bahkan banyak yang mencopy-nya.
Upaya keraskan untuk mencari arsip-arsip soal, baik UTS maupun UAS dan kuis-kuis, pola praktik lapang dan aturan-aturan yang diterapkannya, sebab tiap dosen berbeda style-nya, itu sudah lumrah dan tak melanggar aturan baku akademik. Setiap dosen punya teknik, dan itu Anda harus mampu mengelolanya. Selami gaya dosen pengasuh setiap matakuliah yang akan Anda programkan. Pun, selami teman-teman Anda yang bakal lebih banyak berinteraksi dengan Anda. Semua teman-teman Anda adalah baik namun belum tentu tepat untuk Anda dalam berimprovisasi, demi peningkatan kinerja perkuliahan Anda. So, selektiflah bukan berarti milih-milih teman loh.
Rupanya Adyatma awas memberi perhatian non verbal kepadaku, mungkin ia merasa dapat pelajaran baru yang sebetulnya bukan pelajaran. Toh, idealnya mahasiswa memang harus mikir, kreatif dan mandiri. Itulah konsekuensi sistem KRS. Individualistis...! Tak sama dengan gaya kuliah tempo doeloe, yang "sistem tingkat", bahagia bersama, menderita bersama. Kalau KRS, yah mirip lagu anak-anak: "Siapa rajin bersekolah, cari ilmu, sampai dapat".
***
Dari persuaanku dengan Adyatma itu, terhidanglah artikel edukasi ini, durasi kurang lebih dua jam, sudah cukup membuka khasanah berpikir kepada Adyatma akan seluk-beluk yang ideal akan sebuah pengurusan KRS, karena KRS benar-benar harus diurus baik-baik, cermat, dan sarat taktik jitu.
Serupa itulah kisah mahasiswaku dalam pengurusan KRS. Akhirnya, saya raih ball-point dan bertanya kepada Adyatma: "Saya tanda tangan sekarang?". "Jangan dulu Pak, saya tidak mau spekulasi lagi dalam merancang KRS", imbuhnya dalam alam tersadar. Interpretasiku, ia akan indahkan nasehatku sebelum menemuiku kembali untuk validasi KRS, bernama pembubuhan tandatangan.
Viva Academica, Viva Senatore, Viva Profesore
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H