Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tas dan Buku, Pengalas Berhubungan Seks

13 Januari 2014   12:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389590449241212652

RISET sex behavior takkan pernah terjeda kawan. Ini kisah remaja, di sebuah sekolah menengah, di Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat. Kompasianer Makassar ini tiada kaget, mendengar pengakuan-pengakuan remaja akan modus penyelenggaraan hubungan seks pra nikah. Deretan perilaku remaja-remaja kita telah berada di pintu gerbang kehancuran melelehkan tataran sosial dan pranata budaya -yang kita tetap ingin awetkan- di sisa budaya Timur, yang juga masih menggelepar.

Ini penuturan seorang remaja kita: "Kita pacaran, baku cium-cium, naciumi leherku, naciumi punggungku, napegang-pegang juga anuku, sampai telanjangka', dan berhubungan badanmi".

***

Kolaborasi antara dosen pembimbing dengan seorang peneliti pemula, bernama Crisna Widya Silalahi, dia mahasiswi Promosi Kesehatan dan Behavior Science di Universitas Hasanuddin, Makassar.  Kompasianer Makassar ini meminta rekaman akan hasil in depth interview nya. Teramat mencengangkan bagi peneliti ini, yang juga berasal dari daerah yang ia teliti.

Kukatakan padanya, jangan bersedih. Itu fakta alamiah, itu pun 'ilmiah'. Bahwa, pergeseran kultur dan adat-istiadat nyaris bertekuk-lutut pada ganasnya media hingga anak remaja dengan mudah memamerkan zona super kepribadiannya.  Perkara-perkara yang hanya ditutupi daun pisang kering, selama ini, telah nyaris terbuka seluruhnya. Dan itu diparadesosialkan atas nama bangga-banggaan atau kesetiakawanan antar "anak genk", atau apapun namanya.

Terang-benderang, informan yang baru kelas dua SMA itu, bersuara: "Kalau dak adami tempat, kita biasa pake tas dan buku untuk berhubungan seks sebagai pengalas". Nyaris saja mahasisiwi itu menitikkan air mata akan nasib 'adik-adiknya' di kampung. Hampir tak percaya saat adik-adiknya menyerahkan sebuah rekaman video seks atas nama persembahan cinta. Saya sendiri, pun menyaksikan video itu saat proses konsultasi hasil riset.

Saya tiada pernah heran, ini hanyalah segelintir devian-nya remaja masa kini. sayapun sanggup ber-hipotesa bahwa; remaja dulu pun 'begitu', yang berbeda hanyalah fasilitas, bernama handphone, camera ataukah handycam. Namun, ada perekam lebih super sophisticated dari itu, Kreasi Tuhan, dialah bernama otak kecil (cerebellum).

Peran orangtua yang mana lagi?

Kemacetan dan kesemrawutan kultur, edukasi, piranti-piranti etika. Kian bersiklus buruk, orang-orang dengan bahasa populer menyudutkan para orang tua. Orangtua yang mana lagi yang harus satu per satu ditidakbenarkan, orangtua diantri untuk kemudian dievaluasi peran mereka terhadap putra-putri mereka. Peran yang bagaimana lagikah yang tak diapresiasi? Lusinan pesan setiap pagi, siang, sore, petang dan malam hari, tiada putus-putusnya mereka ingatkan kepada anak-anaknya, soal belajar, pergaulan, berkendaraan, berpakaian dan bertutur kata.

[caption id="attachment_315491" align="aligncenter" width="300" caption="Crisna Widya Silalahi, peneliti pemula itu"][/caption]

Bibir mereka sudah komat-kamit setiap waktu, berdoa sepanjang lidah dan seluas hatinya, untuk anak-anaknya. Menjual tulang-belulang demi biaya sekolah, buku, sepatu, baju dan celana. Lantas, mengapa baju-celana itu, 'dibuka-buka' di depan orang-orang yang tak berhak melihatnya. Ini kontra-produktif, ini kesesatan, pakaian berbungkus itu untuk kehormatan, bukan sebaliknya. Menghanguskan kehormatan.

Bagi orang tertentu, hubungan seks pra nikah adalah hal yang wajar, biasa, normal dan tak menyalahi apa-apa. Bagiku tidaklah demikian. Hubungan seks dan marka-marka jalan raya itu identik. Menerobos lampu merah, bukan hal normal, itu pelanggaran dan membahayakan sekali. Budaya berhubungan seks pranikah, mirip-mirip berkendara tanpa SIM (Surat Izin Mengemudi), berhubungan seks pranikah pun adalah pelanggaran sebab anak-anak itu, tak memiliki SIM (Surat Izin Menikah). Crisna Widya Silalahi, pun nyaris tak mempercayai hasil penelitiannya yang berarea di sebuah SMA Negeri, di kampungnya^^^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun