Selanjutnya, sekian banyak dosen hanya mampu membuat soal tapi tak sanggup merancang pertanyaan-pertanyaan, tak menyertakan tingkat kesulitan, tak memargin batas toleransi kebenaran dan kesalahan jawaban. Dan berapa banyak dosen tak mengembalikan 'lembar hasil kerja' mahasiswa, berapa banyak dosen yang tak melakukan editing soal-soal yang diberikannya. Berapa banyak dosen yang memberikan ujian tetapi tak memahami apa subtansi ilmiah dari ujian itu. Maka jadilah 'Arena Ujian' yang minim kualitas. Mereka membiarkan mahasiswanya terbingung-bingung karena gagal menemukan hubungan pertanyaan dengan pengetahuan mereka. Akibatnya, mahasiswa lunglai, bahkan putus asa dan asal 'nembak' jawaban.
Tak mudah menjadi dosen, pun tak mudah jadi mahasiswa. Sebab kerap kudengar, mahasiswa datang ke kampus untuk kuliah, kuliah untuk ujian, ujian untuk lulus, lulus untuk lupa. Dan serupa itulah sketsa pendidikan di perguruan tinggi kita. Mahasiswa terbiarkan belajar tanpa arah, ujian tanpa kisi-kisi. Kusebutlah dosen seperti ini sebagai dosen pembunuh mahasiswa. Ia membunuh peluang mahasiswa untuk lulus dengan sempurna, edukatif dalam nuansa akademik yang berbudaya dan berkeadilan.
Dan itulah dosen pembunuh mahasiswa di abad semoderen ini^^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H