Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siapakah Dosen Pembunuh Mahasiswa?

26 September 2012   00:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:41 2195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13486109151825316116

Sejak remaja, kutelah mendengar istilah Dosen Killer di arena perguruan tinggi. Sebuah ensiklopedi yang dihadiahkan kepada dosen yang lekat perilaku tak edukatifnya, serem, pelit nilai, tak kompromistik, ditakuti, tak ramah, irit senyuman, boros umpatan, mimik kaku, dan mudah menggugurkan kelulusan mahasiswa. Dosen Killer yang kualihbahasakan secara bebas sebagai dosen sadis, dosen kejam atau tepatnya digelari dengan dosen pembunuh.

* * *

Setelah kujadi mahasiswa, kutemukan dosen dengan ciri-ciri yang termaktub di atas, pulalah memenui syarat-syarat sebagai dosen killer. Itu dulu...!. Sekarang, kutelah sangat jarang berjumpa dosen bertabiat serupa itu.

[caption id="attachment_214592" align="aligncenter" width="225" caption="xhellavanzaitand.blogspot.com"][/caption]

Kemarin, Selasa, 25 Sepetember 2014, Pukul 16.00 (WITA), penulis memberi kuliah (Tatap Muka IV), tertayanglah enam (6) slide di layar. Kukatakan pada mahasiswaku: "Saudara-saudara. Simak dengan seksama slide ini. Soal UTS-ku bersumber dari slide dua dan lima". Selepas kuucapkan ini, pandangan mahasiswaku memlototi slide itu dengan sangat fokusnya. Serupa inilah kebiasaanku setiap perkuliahan, bocoran-bocoran soal senantiasa kusampaikan kepada mahasiswaku.

* * *

"Wah, enak. Tiap minggu ada bocoran soal", demikian celoteh seorang mahasiswa yang duduk di jejeran kursi tengah. Sayapun berbalik kepadanya dan berucap: "Dosen yang tak memberi bocoran soal atau kisi-kisi kepada mahasiswanya adalah dosen pembunuh mahasiswa. Ia membiarkan mahasiswanya belajar terlalu luas". Ungakapanku ini, tiada kusangka disahuti seisi ruang kuliah dengan yel-yel ala demonstrasi: "Betuuuul....".

* * *

Sambutan mahasiswa semester V ini membuatku terperangah. Konsentrasiku terbelah, antara mengajar dengan meresapi teriakan 'betul' ini. Kian kumaknainya, kian jauh kucari hakikatnya. Maka bergumamlah batinku bahwa perangai dosen yang 'saena'e dhewe' membuat soal-soal tanpa kisi-kisi. Mahasiswa ibarat diajak ke medan 'pertempuran' namun tak memperlihatkan peta. Terkuraslah energi dan pikiran mahasiswa untuk meraba-raba soal-soal apa yang harus dihadapinya, 'problem' apa yang wajib dihadapinya di medan ujian itu?.

Bahkan keduanya (dosen dan mahasiswa), kadang tak tahu menahu untuk apa ujian itu dilakukan?. Apa karena motif LULUS?. Jika hanya tujuan LULUS ini yang menjadi dasar diselenggarakannya ujian demi ujian, maka pantaslah jika setiap ujian itu tiada membekas di setiap pikiran dan perasaan mahasiswa. Padahal jauh dari itu, ujian adalah mengukur kognitif dan mentalitas mahasiswa. Mengukur sikap-sikap mahasiswa untuk fair. Sesungguhnya, mahasiswa dapat menolak ujian jika Out of Context.

* * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun