Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tebuslah Hutang Anda dengan Air Mata

21 September 2012   07:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:05 1791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup Setetes Air Mata, Hutang Anda Pun Tuntas

Pinjam uang itu, perkara sulit. Butuh rupa sedikit melow, tampilan mengiba, ekspresi sedih, bahasa tubuh yang gontai, dan wajib bermental besi. Di balik sulitnya pinjam duit, jauh lebih sulit bayar hutang. Susah sebab tiada niat kembalikan uang orang, sulit karena utamakan agenda lain –kadang gak penting-penting amat- hingga alpa pikirkan orang lain yang juga butuh uang.

Itulah secercah potret manusia di zona kultur hutang piutang. Begitu manis ketika pinjam, begitu sinis saat diminta bayar. ‘Bad Credit’, mungkin istilah yang tepat untuk sang peminjam uang yang acuh tak acuh dengan hutangnya. Pulalah, banyak manusia ‘pur-pur lup’. Malahpun merasa bukan kewajiban. Diremehtemehkan, dienteng-entengkan…!

[caption id="attachment_213656" align="aligncenter" width="300" caption="urbanette.com"][/caption]

Akhirnya, sering hutang piutang berakhir dengan onar-onaran kecil, penyitaan aset sang peng-hutang dan berujung dengan tindakan kriminal seperti tindakan bullying fisikal. Lelah dengan persuasif, letih membujuk, langkah berikutnya adalah force.

Kelompok Hutang

Ini opiniku, hutang dapat dikelompokkan: required and recommended. Keduanya butuh uang, jika seseorang tak punya duit sedang didera musibah: ayah dioporasi, anak kecelakaan lalu lintas hingga harus opname, nenek meninggal dunia, dan seterusnya. Ini yang kusebut required (wajib berhutang) selama terbukti dengan sangat meyakinkan bahwa opsi kecuali pinjam uang.

Grup berikutnya adalah orang-orang yang hanya disarankan –boleh iya,boleh tidak- untuk berhutang, tamsil ini bisa terlihat pada orang ingin gaya-gayaan, berburu zaman life style, bercanda dengan keduniaan. Anda boleh setuju atau tidak setuju atas opini ini.

Niat Ikhlas Hutang Piutang

Kupernah ‘menguji diri’, pinjam uang karena tiada jalan lain. Kuberdoa, semoga ini hutang ini ‘bermanfaat’ dan kepada orang yang memberiku pinjaman mendapat pahala besar, sehat, dimudahkan rejekinya. Dan selanjutnya, berikan aku kekuatan dan kesabaran dalam mengembalikan uang orang (hutangku). Alhamdulillah, hutangku dapat kulunasi dengan baik dan silaturahmi tetap berjalan dengannya. Bukankah banyak perkara hutang-piutang memutuskan silaturahmi?. Itu maknanya bahwa hutang-piutang itu tak membawa berkah baginya. Ini menurutku.

Tebuslah Hutang dengan Air Matamu

Jamak sudah bianglala tentang cerita seorang penghutang. Kala tak diingatkan, ia akan berleha-leha dan enjoi-enjoi saja. Orang semacam ini wajib diingatkan, dan apa jawaban tipe penghutang seperti ini?. Mari baca ‘animasi’ narasi atas argumennya:

“Aduh Pak. Saya mohon maaf, saya belum sempat bayar pinjaman saya. Gini loh Pak. Sebetulnya, saya selalu ingin bayar pinjaman saya. Yah, ada-ada saja kejadian yang membuatku menunda bayar pinjamanku. Begini Pak, saya juga sedang menunggu seseorang untuk membayar hutangnya kepada saya. Dia pinjam uangku, selalu janji-janji saja. Aduh susahnya jaman sekrang Pak. Hutang kok tak diingat-ingat. Minggu lalu saya mau bayar Pak, tapi tiba-tiba ada keluarga yang butuh uang acara sunatan. Kan gak enak Pak kalau saya tidak kasih”.

Itu baru satu paragraph yang kutuliskan alasan pembenaran sang penghutang. Bagiku, alasan ini boleh dipercaya tapi sebaiknya jangan dipercaya. Ini trik agar Anda termaklumi. Satu sisi Anda juga butuh uang, sebanyak apapun uang yang Anda miliki, Anda akan tetap butuh uang, iya kan?. Hati-hati dan selektiflah meminjamkan duit, Anda lebih baik digelari 'kikir' daripada piutang itu menyengsarakan Anda kelak.

Sang penghutang malah sering berakting dan menangis tersedu-sedu, tujuannya hanya satu agar Anda iba, kasihan dan prihatin. Orang seperti ini lupa dengan pepatah Rusia: “Anda takkan dapat membayar hutang Anda dengan airmata”. Tetapi orang-orang seperti ini justru kontra pepatah Rusia, ia berspekulasi dan berucap dalam pikirannya: “Tebuslah Hutang dengan Air Matamu”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun