Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Di Mana Batasan Hukuman Guru kepada Murid?

8 September 2012   06:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:46 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Mengundang orangtua murid untuk berdialog dan mendeklarasikan aturan-aturan yang konkrit dengan kriteria yang tidak multi interpretasi. Contoh teranyar, jenis hukuman apa yang diberikan kepada murid jika tak mengerjakan PR, terlambat masuk kelas atau membolos.

- Sebaiknya diselesaikan dulu secara internal dan kekeluargaan, sebab saya juga tak sependapat jika orangtua murid terlalu memudah-mudahkan diri untuk melaporkan guru ke lembaga tertentu. Ini sebuah apresasi FORCE kepada para guru. Di lain sisi, guru, murid, dan orangtua sama-sama memiliki hak untuk dilindungi sebagai warga negara.

Berkacalah...!!!

Tiada orang yang relakan anak-anaknya menjumput tindak kekerasan di sekolahnya, orangtua titip anak di sekolah untuk diajar bukan dipukuli, dimaki, dihardik, disumpahi, dicubit, dibentak dan direndah-rendahkan. Penulis sangat menyetujui pernyataan ini. Namun apa yang terjadi, orangtua muridpun sangat keseringan mengritik guru-guru di sekolah atas perlakuan-perlakuan yang tak edukatif walau susungguhnya orangtuapun kerap membentak, menghardik, mencubit dan menghukum putra-putrinya di rumah mereka. Sebuah ironi pendidikan yang menggunakan standar ganda.

Sebuah pernyataan dari seorang ibu: "Saya menghukumnya, wajar dong. Toh ini anakku". Bagaimana jadinya jika Guru Rohani juga berkata: "Saya hukum anak ibu karena tak mengerjakan PR. Toh ini muridku".

* * *

Bijaksana jika berkaca di rumah lebih dini, sebelum melempar pandangan dari balik jendela rumah kita. Sebab, kemungkinan besar telah terjadi kekerasan psikis dan fisik di rumah kita sebelum anak-anak kita menjumpai tindak kekerasan di sekolahnya. Dan pelakunya adalah kita.

Entahlah.....!!!^^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun