Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mari Rayakan Kematian Khadafy

22 Oktober 2011   03:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:39 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_143115" align="aligncenter" width="522" caption="illustrasi: ngajeng.wp"][/caption]

Mari Kita Rayakan Kematian Khadafy, kesan inilah yang saya terjemahkan dari berbagai pemberitaan yang bergembira atas kematian Khadafy. Termasuk pernyataan resmi dari menteri luar negeri Amerika Serikat yang terkenal baik hati, cerdas dan lembut. Pantaskah kita bergembira atas kematian sesama manusia?.

Saya salut akan budaya Francis -menanamkan nilai-nilai-  manusia yang telah mati seyogyanya hal-hal yang baiklah yang harus kita ucapkan.

Saya terkesan dan apresiasitif terhadap komentar Saudari Linda Djalil di tulisan Abanggeutanyo: "Apapun, saya tetap mendoakan agar ia memperoleh tempat di sisi NYA….".

* * *

Ini bukan soal ketaksukaan terhadap Khadafy, tetapi ini menyangkut nilai-nilai humanism. Bolehlah kita benci seseorang, namun janganlah menghamburkan ucapan-ucapan yang tak manusiawi. Saya kok malah tercengang-cengang ketika ada Kompasianer sangat puas melontarkan energi negatifnya dan menyatakan: Khadafy pantas mendapatkannya, darah dibalas darah, itu hukum karma.

Saya menduga bahwa pemahaman hukum karma semacam ini adalah keliru. Bagamana jika hari ini saya menampar seseorang, berarti sayapun suatu waktu akan ditempeleng oleh seseorang. Pertanyaannya, apakah orang yang menempeleng saya juga akan mendapat tamparan dari orang lain juga?. Ya atau Tidak...!!!

Jika jawabannya "Ya" maka saya berani katakan bahwa bunuh-bunuhan sesama manusia sepanjang zaman akan berlangsung seumur peradaban manusia.

* * *

Bukan bermaksud menasehati namun alangkah tercerahkannya hati jika energi-energi negatif (memaki, merendahkan, memusuhi, membenci, menajiskan) diubah menjadi energi positif sampai pada titik temu pada tingkat kesadaran kemanusiaan kita.

Atas nama kemanusiaan, atas nama nilai manusia yang homo sapiens, homo rationale, banyak pilihan kalimat yang potensial untuk kita ucapkan seperti:

- Semoga arwahnya diberi ketenangan - Dia sudah pergi, kitapun akan menyusulnya - Kematian adalah hak, kitapun akan mengalaminya suatu saat - Rejeki, jodoh dan kematian telah menjadi ketentuan dari Sang Pencipta - Jangankan seorang Khadafy, Soeharto, Saddam Hussen. Rasul saja  meninggal dunia. - Cukuplah kematian menjadi pelajaran buat kita yang masih hidup - Siapapapun dirimu, kami ucapkan turut berduka - Terlepas dari keburukan dan kebaikannya. Kita berikan penghormatan terakhir padanya.

Terima kasih atas berkenannya membaca tulisan yang sangat sederhana ini..

Salam Kemanusiaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun