Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kriminolog UI, Ngawur Soal Sara

9 Maret 2014   11:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:07 3271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KESAL juga saya, Bambang W.U atas penegasannya pada kasus pembunuhan Ade Sara oleh duo Hafits-Assyifa. Menurut Kriminolog yang 'berniat' mematangkan pembunuhan sadis itu bahwa kedua pelaku tidak matang dalam sebuah perencanaan pembunuhan. Kok seorang kriminolog justru tidak mengkaji motif pembunuhan itu -cemburu dan sakit hati- malah yang diterangkannya adalah TIDAK MATANG-nya sebuah perbuatan keji: Pembunuhan.

Pernyataan ini seolah ingin mengumumkan: "Begini loh caranya melakukan sebuah perencanaan pembunuhan".

Bambang idealnya masuk pada unsur social crash, ini perkara budaya devian, kultur reaktif, social shock, melanda remaja kita -anak-anak kita- yang tak segan-segan menghabisi targetnya, membunuh sesama remaja. Tak ada menariknya berita itu kecuali karena pelakunya soal sepele; soal cinta segitiga. Dan pelakunya usia belia sekalipun korban tergolong remaja akhir alias dewasa awal, Ade Sara berstatus mahasiswi.

Ditilik dari apa pun, sulit menerima fakta bahwa seorang mahasiswi yang sedang manapaki keilmuan di sebuah perguruan tinggi dihabisi dengan cara disetrum dan dipukuli.

Dan lelaki bernama indah; Ahmad Imam Al-Hafits, tak sebaik nama manusianya, kelakuannya malah anti-kemanusiaan dan anti-Ahmad, anti-Imam dan kontra-Hafits. Sebab Hafits itu seorang ksatria dalam membela kebaikan, kebenaran dan keamanan. Ia telah menghilangkan nyawa orang lain, yang secara 'takdir', almarhumah beragama Nasrani. Jadi empuk juga isu pembunuhan beda agama ini yang juga ekskawan SMA. Lha, soal sensitif ini kok diplintir-plintir. Yang memlintir berita dehumanisasi ini, pun termasuk keji, ingin menabrak-nabrakkan sesama pemeluk agama yang bersaudara ini, di Indonesia ini.

Malah pun, Kriminolog Universitas Indonesia, penulis menilainya sebagai pelaku kriminal terselubung. Wong dia berkata: "Perencanaan pembunuhan ini tidak matang". Jadi matangnya yang bagaimana Pak?

Usil-usil aja para pengamat sosiologi saat ini, ini soal kematian, perkara 'pembantaian', so maunya berseloroh seperti ini: "Pembantaian terhadap Ade Sara tidak matang". Saya teramat geram akan praktisi sebuah profesi atau lembaga. Kenapa kajiaannya tak diarahkan kepada sepek psikologi pembelajaran, psikologi pendidikan bahwa kejadian ini menjadi petikan hikmah luar biasa dan katakanlah: Cukup sekali itu terjadi, jangan ada lagi korban berikutnya dan pelaku lainnya lagi.

Apa pun itu, kriminolog tak penting menambah-nambahi respon dan tanggapan yang tidak subtantif. Sebab pembunuhan sadis ini bukan soal matang atau tidak matangnya pembunuhan berencana. Tapi ini, masuk dalam zona pertanyaan besar: "Ada apa anak-anak sekarang gampang membunuh?". Selanjutnya lagi: Ada apa alat penyetrum listrik begitu mudah diperjualbelikan? Bagaimana peran institusi yang terkait dalam modus mudahnya anak-anak remaja mendapatkan barang-barang, alat-alat dan bahan-bahan yang berbahaya yang sama sekali penyetrum listrik (terapi kejut) yang bunuh-bunuhan bukan tujuan utamanya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun