Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tercengang dengan Kehebatan Thailand

25 Maret 2014   16:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:30 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

USAI tiga Kompasianer Terbaik 2013, mengunjungi Phuket, dan menyusullah Kompasianer Makassar ini bertandang di negeri -sedang dilanda prahara politik- Thailand. Subuh, 19 Maret 2014, penulis berjalan sendirian, jogging. Dan tercenganglah daku, mempolototi sebuah perahu, melintasi Sungai Chao Praya. Sungai yang steril dari serakan sampah itu, menakajubkanku. Sekonyong-konyong, penulis termemori dengan sungai-sungai di negeriku, Indonesia. Apakah mungkin sungai-sungai di tanah airku, yang semula menjadi ajang transportasi sampah, tersulap menjadi sebuah pelintasan warga dari dan ke suatu tujuan? Itu mimpi mayoritas masyarakat yang hidup di Indonesia dengan variatifnya kemacetan transportasi.

13957144571038306668
13957144571038306668
Dan kuakui, Thailand tumbuh pesat, gedung-gedung terbangun sangat cepatnya, terencana dengan seksama, taktis, strategis, berdiri megah-kokoh-mencakar membelah awan, dan tetap berpatok standardisasi AMDAL. Kali ini, penulis takluk lagi -setelah berpuluh kali takluk di hadapan Timnas Gajah Putih- akan kebolehan negara berbentuk kerajaan ini. Dan alangkah nyaman transportasi sungai di sini, yah di Bangkok ini sobat.

Kemudian, bersua lagi dengan Tuk Tuk, roda tiga kebanggaan Thailand, buatan sendiri, berbahan bakar gas, suara knalpot yang ringan, tak memekik telinga dan tak membisingkan lingkungan. Itulah sketas ringan soal negeri tetangga ini. Beranjak dan menggeliatlah mereka, negeri tanpa pernah terjajah dari bangsa lain ini, telah melampaui Indonesia dengan beragam infrastrukturnya, perawatan budaya dan spirit vihara.

1395713655451475204
1395713655451475204
Tabiat Tiada Beda

Dugaanku meleset, kusangkakan orang Thailand itu berbeda karakter dengan Indonesia, wah ada kemiripan dalam berbagai hal, termasuk teknik melayani tamu. Dan tamu itu adalah saya, sempat beradegan konyol, saat penulis meminta dibawakan air panas untuk menyeduh kopi, di sebuah kamar. Layanan lambat, dan room service tiba juga, mengetuk pintu kamar dengan keras-keras. Kubuka, orang Thailand itu tak ramah padaku, malah hanya satu auman yang diberikan padaku: "Huuuuuuuuuuuuum". Auman ini menandakan bahwa dia tak sepenuh hati melayani. Dan sebagai orang Bugis-Makassar, kubalas dengan auman juga: "Khaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak".

Tilikan budaya, Thailand juga tak disiplin-disiplin amat. Lantas, mengapa mereka lebih baik dalam hal 'keteraturan', dan soal sepele bak urusan buang-buang sampah? Sebab, pemerintah mereka sudah sangat siap memfasilitasi sarana pembuangan sampah, dari berbagai bahan, malah ada tong sampah yang cantik, bening, dan kita tertarik membuang sampah ke dalamnya, sebab konstruksinya elegan dan artistik.

1395715629880077180
1395715629880077180
Lalu apa yang bisa diadopsi dari Thailand? Rasa-rasanya kelewat banyak. Tarulah spirit membangun Thailand, semangat perawatan lingkungan, pelestarian budaya dan berkesenian. Belum lagi dengan fasilitas-fasilitas olahraga (sekolah olahraga, red) dan Thailand pantas mengungguli negara-negara Asian, sebab mereka memang men-design dengan matang gedung-gedung olahraga, tanpa korupsi gaya Hambalang itu.

1395716174500610786
1395716174500610786
Dikepung NGO

Negara 'maju' sekaliber Thailand (menghampiri Hong Kong dan Singapura) telah mengundang NGO di berbagai belahan dunia, Thailand benar-benar pusat masa depan, urat pereknonomian Asia Tenggara. Hingga beragam NGO hadir di sini, untuk kemudian meneliti, menabur program, menuai variasinya kehidupan sosial budaya Thailand yang bergelora itu.

13957159831928039909
13957159831928039909
NGO masih mempercayai Thailand, walau riak-riak korupsi, pun masih ada di sana. Tapi tak semarak korupsinya Indonesiaku.

***

Teramat plural ingin kukabarkan padamu wahai sobat Kompasiana, kutakut engkau jenuh membacanya. Dan katakan saja: No Comment serupa pigura berikut ini. Salam Kompasiana

1395716097375110805
1395716097375110805

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun