Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Salah Kaprah Tentang Tes Psikologi

22 September 2014   17:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:57 3087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_360782" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi psikotes saat wawancara kerja/Kompasiana (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)"][/caption]

"Dia tidak lulus tes psikologi". Kalimat ini jelas salah kaprah, tes psikologi bukanlah soal LULUS atau TIDAK nya seseorang. Tes psikologi adalah pengumpulan informasi terhadap karakter seseorang. Teorema tes psikologi yakni karakter setiap individu berbeda-beda, satu sama lain. Jadi, bukan perkara kelulusan saat seseorang diuji psikologi. Kerap orang menghubung-hubungkan antara tes psikologi dengan adanya kelainan jiwa. Sungguh ini absurd. Sublimnya ketika orang itu cemas saat menghadapi tes psikologi: "Takut hasilnya mengecewakan dan saya dianggap gangguan mental".

Tidak kawan!!!

Tes psikologi itu justru baik kita lakukan, untuk membedah secara ilmiah akan karakter kita. Seperangkat instrumen tes di sana; Edward's Personal Test, Wartegg Test, Test Intelegensi Non Verbal, dan seterusnya. Sebelum Kompasianer ini melanjutkan artikel, maka saya akan kutip pesan kalimat asesor psikologiku: "Usah banyak kritik dan menjatuhkan sesama, mending kamu kritik dirimu sendiri, agar kamu makin matang".

[caption id="attachment_360773" align="aligncenter" width="300" caption="Lembar jawaban yang disiapkan Fakultas Psikologi-UI dalam sebuah asesmen psikologi untuk keperluan promosi jabatan di lingkungan Universitas Hasanuddin, Makassar (Koleksi pribadi. 19-9-2014)"]

14113573992108514112
14113573992108514112
[/caption]

Kesesuaian

Oke, saya lanjutkan artikel kejiwaan ini. Bahwa karakter Kompasianer itu beragam, maka tiada yang salah dari semua karakter itu. Psiko tes mencari kesesuaian antara karakter dengan jenis pekerjaan/jabatan. Tarulah seseorang berkarakter keras, maka ia cocoknya bekerja di lingkungan kerja yang keras-keras juga. Bila ia seorang penyabar, maka ia cocoknya dipekerjakan di area yang butuh kesabaran tinggi. Misalnya: pramugari, teller bank, SPG. Kenapa? Karena pekerjaan ini sebagai pusat protes, keberatan dan kritik. Berhadapan langsung pula dengan konsumen.

Contoh nyata, ada di sekitar kita, malah di hadapan kita, yakni Admin Kompasiana. Saya belum dapat informasi bahwa saat rekrutmen Admin Kompasiana dilakukan psiko test/asesmen psikologi atau tidak. Yang pastinya, yang saya tahu bahwa jangan coba-coba jadi Admin Kompasiana bila tak memiliki kesabaran tinggi. Sebab, Kompasianer itu jagonya kritik, aslinya pada keluar, protes sana-protes sini. Itu manusiawi, dan itu risiko atas pilihan bekerja sebagai Admin. Sifat sabaranlah yang membuat seorang Admin bisa betah atau hengkang, walau saya takkan 'meneliti' faktor lainnya, sehingga admin bisa bertahan atau resign. Maaf, bukan areaku. Hanya satu apresiasiku kepada Admin Kompasiana bahwa mereka adalah manusia pilihan, wajib memfasilitasi diri dengan ketabahan yang super, tak mudah reaktif negatif, pun tak gampang terprovokasi.

Untuk Perbaikan

Selain kesesuaian jenis pekerjaan/jabatan dengan sifat khas seseorang, tes psikologi juga sebagai pijakan untuk mengubah dari yang kurang baik menjadi baik, dari karakter baik menjadi sempurna, dari sempurna menjadi modal pertahanan sifat baik, terjaga, kontrol tinggi dan meminimalisir kesalahan. hubungannya dengan kejiwaan. Esensinya, tiada yang tidak mungkin, karakter dapat diubah lebih baik, syaratnya: objektif terhadap diri sendiri. Walau tetap diakui bahwa sifat baik dan buruk, telah sepaket pada yang bernama manusia seperti kita.

Maka, manusia kuat, bukanlah semata karena kekuatan fisik, materi atau power. Manusia kuat adalah manusia yang aktif memerbaiki dirinya, mencatat karakternya, kemudian memolesnya untuk bisa lebih dipercantik, diperindah hingga eloklah perilakunya.

Solusi Hidup

Maaf, ini bukan kuliah sodara-sodara. Ini benar-benar saya tuliskan karena kuyakini bermanfaat, bahwa sebetulnya kita setiap saat telah melakukan psiko tes terhadap diri sendiri. Kita sudah membuat himpunan sifat kita sendiri. Sisa bagaimana melakukan intervensi terhadap daya jelajah kejiwaan kita, tentunya mengekslorasi sifat-sifat baik untuk dikembangkan, dikuatkan dan meminimalisir karakter-karakter buruk. Inilah salah satu solusi hidup agar kita tak buta terhadap diri sendiri.

Akh, artikel ini kepanjangan. Maaf^^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun