Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Itulah Karakter Asli Prabowo

18 Oktober 2014   16:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:34 6526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_367276" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber gambar: Kompas.com"][/caption]

Pak Prabowo sudah hormat, ucapkan selamat kepada Joko Widodo sebagai Presiden RI per tanggal 20 Oktober 2014, nanti. Saya dibingungkan oleh adanya diskusi di media sosial yang mengatakan bahwa Prabowo itu negarawan kamuflase, berpura-pura legowo. Astagfirullah....!

Hingga dialog-dialog sinis itu, mendaulat Kompasianer Makassar ini, layangkan artikel dari tilikan psikologi. Bahwa sesungguhnya Prabowo itu penyayang, Anda boleh believe or not, bahwatrade mark lelaki yang meledak-ledak bicaranya adalah penyayang. Umumnya lagi, lelaki yang IQ Tinggi enggan kompromistis. Bukan saya yang bilang, Freud-lah yang utarakan teori itu, sejak puluhan tahun, silam.

Negarawan Vs Tatakan Psikologi

Negarawan itu apa? Kelewat sempitlah jika negarawan itu hanya dimiliki kalangan tertentu, karena saya dan Andapun negarawan. Orang-orang yang memikirkan kebaikan negara, sesungguhnya negarawan. Anda yang gandrung menulis artikel di Kompasiana adalah Negarawan. Tulisan-tulisan Anda itu, ujung-ujungnya menyumbang pikiran untuk negara, untuk NKRI, bahkan Anda mencaci pun, karena zona psikis Anda belum bisa Anda jinakkan, itupun demi negara, cara penyampaian yang berbeda. Ada yang halus-halus, semi halus, halus, keras dan super keras.

Lalu, tengoklah berapa banyak penulis di Kompasiana -artikelnya keras- yang dalam jiwanya berkecamuk, marah, ekstrim. Untuk apa? Untuk negara, bangsa dan rakyat Indonesia. Lantas, maukah engkau kuberitahu bahwa sejatinya lagi, Kompasianer-kompasiner yang artikelnya mendentum adalah Kompasianer-kompasianer penyayang. Gaya tulisan mereka, identik dengan Soekarno, ada 'pembangkangan' di baris-baris artikelnya, di paragrafnya dan semua kata-katanya. Segalanya demi negara ini, negara kita, Negara Indonesia.

Prabowo pun identik dengan gaya komunikasi Bung Karno, bergerilya cara bertuturnya, kesan mem-bom, emosional, sangat berani, tak takut risiko. Itu bila mereka berhadapan dengan publik, berbeda saat kedua tokoh ini berinteraksi interpersonal, mereka sangat baik, smart, cool, peka, dan suka meneteskan air mata. Lelaki yang sering-sering meneteskan air mata adalah penyayang.

Anda boleh mencurigai Prabowo saat ini, tunggulah 10-20 tahun akan datang, Anda akan sesali atas kecurigaan Anda kepada Prabowo. Hingga kuteringat dengan maestro puisi, Chairil Anwar. Puisi-puisinya di kala beliau masih hidup, tiada apa-apanya. Jauh setelah beliau wafat, orang-orang pada takjub akan karya-karya emas Chairil Anwar, termasuk puisi "AKU".

Karakter Prabowo

Beliau sesungguhnya pencemas, ketika kita memandang raut wajahnya, beribu perasaan terlukis di sana. Dan pandanglah baik-baik gerakan tangannya, tak bisa diam untuk tak bergerak, ada kepanikan di sana, diwakilkan oleh gerakan tangannya. Cemas akan ancaman asing, panik akan runtuhnya Indonesia yang sangat ia sayangi. Manusia bertipikal Prabowo, tak bisa tenang di suatu habitat, motif langkahnya itu selalu beralasan psikologik. Cermatilah bibirnya, ada getaran kecil di sana. Itu kecemasan positif.

Sebagian menudingnya ambisius, itu benar. Sebab ambisius itu adalah milik setiap jiwa, milik semua orang. Tak terkecuali saya dan Anda, yang berbeda hanyalah penampakannya, ada yang terbungkus (cover behavior) ada yang terbuka, Prabowo tipe terbuka. Sangat terbuka, malah.

Pembeli yang baik

Prabowo pembeli yang baik, Anda menantang, dia balik menantang lebih keras lagi. Anda baik padanya, dia akan lebih baik dari Anda. Prabowo memang begitu, tak suka dikerasi, namun dia takluk pada orang-orang yang melembutinya. Itulah kunci psikis hingga Jokowi dengan mudah menjinakkan Prabowo pada perjumpaan kemarin itu. Jokowi secara tak sadar telah aplikasikan motto Mahatma Gandhi: "Saat engkau bersua musuhmu, taklukanlah ia dengan cinta".

Prabowo memang alot dan keras, Bung Karno pun begitu, saat Malaysia kerasi Soekarno, maka Soekarno marah dan keluarlah kata-kata dari bibir Proklamator itu: "Ganyang Malaysia". Dan benar, kedua tokoh nasional itu, membenci asing, tapi asing yang bagaimana? Asing yang buruk, yang merugikan bangsanya.

***

Akh, kusudahi artikel psikologi ini, saya telah puas tumpahkan di Kompasiana ini, bahwa Prabowo itu labil, itu benar. Bahwa Prabowo itu emosional, itu pun benar. Bahwa Prabowo itu temperamental, itu salah. Bahwa Prabowo itu penyayang, itu amatlah benar.

Sekian.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun