[caption id="attachment_376781" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi, Sosial Media (Shutterstock)"][/caption]
FENOMENA apakah dalam peristiwa UNFRIEND? Jawabku: Itu Gejala Emosional -salah satu sub pokok bahasan dalam Psikologi Umum- yang takkan pernah lekang pengkajiannya sampai roda bumi pasif dan berhenti berotasi. Pahamkah kita bahwa butuh energi besar untuk memutuskan pertemanan, butuh keputusan dahsyat namun bukanlah keputusan yang tepat. Sebab tak mudah menghapus sebuah pertemanan dalam bingkai kehidupan -nyata dan maya- di jagad ini.
Kenali Diri
Kala Anda di-unfriend, segunung tanyapun hadir. Apa salahku hingga ia men-delete-ku? Auman jiwa sangat menjadi determinator, di sini. Anda sah-sah saja mengadopsi judul lagu Cita Citata: "Sakitnya Tuh Di Sini". Namun, itu cumalah terapi temporer, tak lebih-tak kurang, hanyalah unsur pelipur lara-hiburan-pereda sesaat. Jangan sangka bahwa hanya Anda yang pernah mengalami kasus pemutusan relasi sosial di medsos, kawanmu yang manis ini, pun beberapa kali mendapat perlakuan serupa itu: Unfriend. Hi hi hi
Maknanya, saya tidak sedang mengada-ada menuliskan artikel psikologi ini, kuramu dua referentor: Pengalaman pribadi Vs Psikologi Analitik. Balutan teori-teori lama, banyak dijumpai di sini. Termasuk visi-misi dalam berteman, berinteraksi dan bercumbu sesama manusia.
Ikutilah teknikku, merenung-renung diri, meraba-raba karakter sendiri, membersih-bersihkan debu-debu perilaku yang kurang elok, sebab hanya satu alasan utama dalam perilaku unfriend yakni: KETAKNYAMAN. Ketaknyamanan ini bisa direduksi menjadi: Mengganggu Ketertiban Perasaan. Apa iyah, Anda telah mengenal diri Anda dengan cermat, teliti dan sadar? Kata sadar ini, amatlah penting, sebab manusia itu dijejali dengan ketidaksadaran. Misalnya: Saya ini, Kompasianer yang doyan meleduk-leduk, gandrung mengritik, hobi bercanda (berlebihan, mungkin?). Bukankah candaan itu, sasana invitasi ketersinggungan orang lain? Di sini, dirindukan canda yang elegan, cerdas dan berkemanusiaan yang adil dan beradab, agar persatuan pertemanan tetap terjaga di wilayah NKRI. ha ha ha
***
Kawan-kawan, malah berkeluh-kesah (terbuka sekali) di Facebook atas takdir yang menimpanya, teman dekat me-remove-nya. Itu juga kurang akurat, penghapusan pertemanan itu adalah rahasia pribadi dan itu 'aib'. Sebab, berpotensi besar munculkan tanya serupa ini: "Siapa yang unfriend, siapa pelakunya?". Andapun kesulitan menjawabnya dengan jujur sebab khawatir bila pelakunya kian mual. muntah dan muak. Hahaha.
Idealnya, problematika personal kita, tak etis menyeret orang lainlah. Bila tak kuasa memendam rasa kecewa, ada cara lain: "Inbox kawan dekat yang lain". Ini lintasan pribadi, jalur privacy, safety area dan terkendali.
Sadarkah kawan-kawan bahwa orang yang paling kerap menyakiti kita adalah orang-orang dekat? Percayalah....percayalah....percayalah atas kata-kataku ini!. Esensinya: Berani berteman dekat, risikonya tak takut dilukai, bukan?
Cantik Sekali
Percayalah padaku, jiwa ini kelewat kokoh untuk menahan apa saja, apalagi hanya soal pemutusan pertemanan di media sosial. Yakini bahwa manusia yang gemar menghapus-hapus pertemanan, ada motif kejiwaan yang belum harmoni di sana. Lekas atau lelet, dia akan insyaf, menyadari dirinya bahwa itu perilaku negatif. Dengan catatan bahwa Anda orang yang baik, humanis dan tak suka bersinggungan secara berlebihan.
Pelaku penghapusan pertemanan, mengurangi rejeki batiniah, bukankah pertemanan itu rejeki rohani, harta sosial? Saya lagi-lagi menuliskan hal ikhwal normal, saya tak penting menuliskan siapa-siapa saja yang wajib dihapus dari teman, seumpama akun yang suka menautkan porn pictures, penghasut, King of Fitnah. Karena Anda sudah sangat paham soal ini.
***
Kala Anda sukses mengenali diri Anda, mengamati sifat-sifat, berkuat-kuatan untuk menyelami sisi buruk diri dan sisi baik diri sendiri, maka inilah password untuk mengenali orang lain, mengenali sesama. Berikutnya, Ratusan makna perilaku di diri Anda, bila Anda sukses memahaminya, maka Ribuan karakter orang lain, Anda akan mengenali semuanya, sanggup memasteri cara bicara orang lain, mekanisme berpendapat, dan teknik berperasaan orang lain.
Di tepi artikel ini, pengenku berseloroh bahwa saat Anda fokus mengenali diri, memosisikan diri sebagai auto-corrector, menambal-nambal habit buruk dengan jahitan-jahitan kebaikan, maka saya wajib berkata lagi: Anda sedang berdandan menuju wajah perilaku yang eksotik, anggun, memukau. Dan, sifat utuh Anda itu, CANTIK SEKALI^^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H