Bombastis itu, membutuhkan tenaga psikis yang kelewat besar. Dominan unsur psikologik di sana, ada motif provokatif di sana. Itu malah merepotkan. Sebab, berpotensi mengguncang batin sendiri. Konsekuensi logisnya, Anda wajib menyiapkan amunisi untuk mengendalikan tulisan Anda. Realitanya; beberapa orang sangat mampu menulis, namun sangat tak mampu kendalikan tulisannya. Kasihanilah tulisan kita, dia rindu disayangi, ia berharap kehadiran kita karena ia kangen pembelaan. Obatnya: racik ulang judul tulisan kita, formulasi kembali dosisnya, jangan terlalu kental-pekat, tawar-tawarkan sedikit agar kerongkongan/lambung pembaca, tidak bekerja keras.
Obat Luka
Menulis itu, identik dengan CINTA. Keduanya setia dengan risiko kelukaan hati. Itu memang seni menulis, seni hidup dan kesenian akrobatik cinta. Siap-siap saja menggantung quote: "Menulis Hingga Terluka". Yakini balasan quote itu, yakni: tiada luka yang tak sembuh". Anda hanya butuh yodium lapang dada, butuh obat merah pembelajaran diri, dan balutkan plaster spirit of life.
Segalanya demi penyembuhan, rehabilitasi dan kelanjutan hidup dalam menulis^^^