Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mimpi Buruk di Layanan Servis Mobil

25 Desember 2014   14:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:29 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_385906" align="aligncenter" width="300" caption="sumber gambar: newtoncarcare.com"][/caption]

Karpet Mobil Raib

'Anak-anak' car wash itu saling tuduh atas hilangnya karpet mobil penulis, tak masuk akal, barang customer sebesar itu bisa hilang. Ini blunder maha raya, membuatku jera. Setahuku, seluruh piranti kendaraan yang diturunkan dituliskan di catatan manajemen pemilik usaha cucian mobil. Anak-anak muda tanggung itu, riuh-ribut, masih saling menuduh dengan suara tinggi ala Makassar. Hingga Bosnya datang: "Kenapako geggerek sekali?" (Kenapa gaduh, red). "Anu Bos, karpet mobilnya bapak itu hilang?", jawab anak-anak itu, spartan.

Bos itu mendatangiku: "Maaf pak. Karpet yang bagaimana punyata?". Tanya ini, penulis jawab sedetailnya. Bos itu setengah berteriak, perintahkan seluruh anak buahnya, mencari hilangnya si karpet. Sejam dicari, tak ditemukan. Bos itu cari solusi, penulis salut atasnya karena segera menggantikan karpetku. Namun sayang, karpet yang ditawarkan adalah karpet tak bertuan, karpet ketinggalan oleh pemiliknya. "Dak usah pak. Itu milik orang", tegasku. Jelas, saya tak mau terima solusi itu, lha punya orang. Tujuan bos itu benar, cara yang salah.

Rame-rame

Pasang jok, 'anak-anak' variasi mobil itu, semuanya gesit, bongkar pasang kursi-kursi mobil penulis, kabel-kabel audio, panel sisi kiri-kanan. Jok baru, pun terpasang. Audio wajib dicek kembali, agar stabil seperti semula. Dan, saya hafal banget suara sound kendaraanku, sedikit saja berubah, saya akan tahu. Soal suara woofer, tweeter, mid-grand dan letak kabelnya, kusangat mengenalnya. Anak-anak itu (7 orang), naik semua di mobil buatan Jepang itu. Penulis ragu menegurnya, dan hanya bergumam dalam hati, ini terakhir kalinya saya ke sini.

Alamak, permen di dasbor, ludes oleh mereka. Betapa amatirannya bengkel variasi ini, mereka ngemil permen-permenku dan saling berbagi sambil cekikikan. Sembari, seenaknya bunyikan tape mobil itu, keluar-masukkan piringan CD, malah merogoh tempat CD itu dan memilih-milih lagu kesukaannya (sesuai judul tertera di setiap album, red).

Saringan Oli, Lepas

Mottoku, sehabis dari ganti oli atau perawatan mobil, tiba di rumah, saya pasti cek ulang. Lha, ini belum nyampe di rumah (masih di jalan, red), saya mampir beli pisang ijo, saya kaget lihat 'sesuatu', ada tetesan oli di aspal. Aduh, sumbernya dari saringan oli mobil penulis. Ya ampun, sangat berbahaya ini. Bisa grodik gir-gir mobil, bahkan bisa lock machine.

[caption id="attachment_385904" align="aligncenter" width="300" caption="Bagiku, miliki kendaraan belum cukup. Wajib bagiku siagakan tools kit kendaraan di rumah. Ini yang nampak, Anda belum lihat yang lain..hahaha"]

1419466857284845887
1419466857284845887
[/caption]

Kompasianer Makassar ini, minta tolong pada anak-anak muda yang nongkrong di pinggir jalan raya, untuk mendorong mobil naas itu. Penulis tak berani starter lagi. Lalu, saya telpon bengkel yang 'mengerjai' mobilku itu, jawabannya tak memadai dan saya cukup paham akan sebagian kecil perilaku bengkel mobil di Makassar. Kuputuskan tinggalkan mobil di pinggir jalan, bergegas ke rumah via pete-pete (angkot), ambil kunci pembuka saringan oli (oil filter wrench) sekalian ganti pakaian. Asal tahu saja, saya hobi otomotif, wajib bagiku memfasilitasi dengan beragam peralatan. Peralatan ini sekaligus multi fungsi, ya memerbaiki kelistrikan rumah, membengkeli sepeda anak-anakku, dan lain-lain.

Singkat kisah, saya kembali bezuk mobilku. Olinya masih menetes, sayapun harus berada di bawah dapur mesin, mengencangkan saringan oli sesuai prosedur yang pernah saya baca di artikel otomotif di internet. Yes, sudah benar caraku dan pelan-pelan tetesan oli itu berhenti. Oli ini jelas berkurang, dan saya tambahkan oli itu tapi di bengkel lain.

Pesan

Sebagai customer, kita harus cerewet. Jangan tinggalkan bengkel sebelum fix seluruhnya. Kebiasaan buruk kita, kelewat percaya pada tukang servis. Lebih baik dibilangi nyinyir daripada kendaraan kita tak sanggup nyinyir lagi alias rusak karena keteledoran bengkel. Ok. Itu saja.

Salam Otomotif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun