Hobi fave-ku memanglah menulis, tiada duanya. Tiada banding, tiada tanding akan kegemaranku ini. Hanya satu yang bisa mengalahkannya, dianalah anak-anakku. Sederas apapun artikelku mengalir, saat anakku berkata: "Papa, mauka nonton upin-ipin". Kubeli lunas pinta anakku, kutak sedang bernarsis di sini. Itu memang wajib bagiku, meraibkan egoku, menjinakkan mentalitas anakku, plus merayu kekuatan jiwa anakku. Maka, turunlah saya selekas mungkin dari tahtaku, selanjutnya anakku, kuangkat naik ke kursi, walau dia sanggup naik kursi sendiri. Namun, percayalah, ada sensasi psikologik anak sedang bergelora-menyala saat diperlakukan 'semulia' itu. Ini bukanlah proses pemanjaan, tapi 'ritual' ke-happy-an anak, self esteem-nya, harga dan martabatnya, se dini itu.
Saya memanglah kompasianis, dan jiwa Kompasianisku sanggup digusur oleh anakku. Semua atas nama pelenyapan ego, dan keselamatan ruhaniah anak. Jangan pernah memilih sebagai ayah sentralis, tapi pilihlah diri sebagai ayah desentralistik. Dan ijinkan alam ini berkata: Kusaksikan hari ini, seorang anak bersama ayahnya, bersimbiose dalam harmoni^^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H