Lalu, seorang mantan sekda bertanya pula ke Armand
Mand, siapa biangnya hingga teman kita Abraham Samad dikerjai begini?
Kompasianalah biangnya!
Loh tambah ngawur kamu Mand.
Lah Armand ini Kompasianer, Armand update Kompasiana tiap hari. Tulisan tentang Abraham Samad bertopeng itu atas unduhan seorang Kompasianer di Kompasiana. Jadi biangnya, Kompasiana toh? Makanya, baca-baca Kompasiana dong. Karena Kompasiana itu, referentor nasional dan internasional.
***
Selanjutnya, Si Armand rada-rada serius dan cuatkan artikulasi seperti ini:
Bila Abraham Samad salah, bodohlah kita yang membelanya. Apanya mau dibela orang yang salah! Bila Abraham Samad benar, tak perlu kita repot membelanya, lah orang benar kok dibela. Ini rancunya kita. Kita kadang-kadang membela perkara yang tak kita pahami. Kita kerap buru-buru menyalahkan sosok ini dan sosok itu dalam masalah yang kita tak menguasainya. Sedang KPK itu baik, jujur, tegas dan jantan. Bila institusi KPK tak jujur dan tak setia pada pemberantasan korupsi, berarti itu bukan KPK.
KPK takkan pernah salah, bila ada yang salah maka itu pasti personalnya. Sama juga dengan pendeta, ustad, akademisi, hakim, guru, dokter, dan lain-lain. Pekerjaan dan status-status sosial itu tak pernah salah, yang salah adalah orangnya, manusianya.
***
Untaian kalimat Armand ini, mengakhiri obrolan malam di warkop itu, warkop di sini bermakna WARung KOmunikasi Politik. Ya, warkop dan politik, sama. Keduanya mengasyikkan dan keduanya menyulitkan mata tertidur.