Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kok Armand Gak Bela Abraham Samad?

23 Januari 2015   17:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:31 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, seorang mantan sekda bertanya pula ke Armand

Mand, siapa biangnya hingga teman kita Abraham Samad dikerjai begini?

Kompasianalah biangnya!

Loh tambah ngawur kamu Mand.

Lah Armand ini Kompasianer, Armand update Kompasiana tiap hari. Tulisan tentang Abraham Samad bertopeng itu atas unduhan seorang Kompasianer di Kompasiana. Jadi biangnya, Kompasiana toh? Makanya, baca-baca Kompasiana dong. Karena Kompasiana itu, referentor nasional dan internasional.

***

Selanjutnya, Si Armand rada-rada serius dan cuatkan artikulasi seperti ini:

Bila Abraham Samad salah, bodohlah kita yang membelanya. Apanya mau dibela orang yang salah! Bila Abraham Samad benar, tak perlu kita repot membelanya, lah orang benar kok dibela. Ini rancunya kita. Kita kadang-kadang membela perkara yang tak kita pahami. Kita kerap buru-buru menyalahkan sosok ini dan sosok itu dalam masalah yang kita tak menguasainya. Sedang KPK itu baik, jujur, tegas dan jantan. Bila institusi KPK tak jujur dan tak setia pada pemberantasan korupsi, berarti itu bukan KPK.

KPK takkan pernah salah, bila ada yang salah maka itu pasti personalnya. Sama juga dengan pendeta, ustad, akademisi, hakim, guru, dokter, dan lain-lain. Pekerjaan dan status-status sosial itu tak pernah salah, yang salah adalah orangnya, manusianya.

***

Untaian kalimat Armand ini, mengakhiri obrolan malam di warkop itu, warkop di sini bermakna WARung KOmunikasi Politik. Ya, warkop dan politik, sama. Keduanya mengasyikkan dan keduanya menyulitkan mata tertidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun