Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Geng Motor Permalukan Polda Sulselbar

19 Februari 2015   17:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:53 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1424314099459116353

[caption id="attachment_397964" align="aligncenter" width="426" caption="Pelaku ayunkan badik, menusuk dada korban (sumber: Tribunnews, Makassar)"][/caption]

Tragis kematian Rusdin Latif, ditikam pelaku yang diduga geng motor di Jalan Veteran Utara, Makassar. Geng motor telah permalukan Polda Sulselbar yang baru-baru ini 'permalukan' Abraham Samad sebagai tersangka dalam kasus pemalsuan dokumen. Polda Sulselbar tak bernyali hadapi aksi-aksi brutal geng motor yang sudah tiga tahunan beroperasi di Makassar.

Rusdin Latif dihabisi tanggal 10 Februari 2015. Almarhum tinggal di Jl.Racing Centre II (Sekarang Jln.Prof.Dr.Abdurrahman Basalamah) dan semalam penulis sempat sambangi jalan itu, dan cukup sepi. Pasca peristiwa penghilangan nyawa itu, para orang tua di Makassar melarang anak-anak mereka keluar malam-malam. Trauma atas aksi sadis geng motor, dan komunitas 'penguasa jalan raya' ini punya 'karier' yang spektakuler; merampok toko, mengancam polisi dengan badik, bahkan mengincar pengendara yang berjenis kelamin perempuan.

Kronologi peristiwa pembunuhan Rusdin Latif itu cukup simpel. Pelaku yang berjumlah 3 (tiga) orang itu, modusnya hanya bertanya di mana Jalan Ujung? Entah apa jawaban korban hingga pelaku turun dari motornya dan mengambil kunci kontak korban. Praktis korban melawan, saat melawan itulah korban ditikam. Korban sempat berlari beberapa saat, dan akhirnya tersungkur di aspal. Dan Innalillahi Wa Inna Ilaihirojiun.

Tilikan Psikologis

Pembunuhan itu jelas mengandung unsur emosional, kebencian dan kesadisan. Uniknya pelaku pembunuhan yang marak di Makassar, justru berusia belia. Dalam Psikologi Perkembangan disebut Remaja Awal. Ada kerancuan dalam tema kenakalan remaja di sini, bagaimana mungkin remaja yang sedang aktif-aktif mencari identitas diri, malah violentif bahkan membunuh. Jelas ini melewati margin kenakalan remaja. Kenakalan remaja masih seputar membahayakan dirinya serupa balapan, mengeraskan knalpon kendaraan, melanggar aturan perlengkapan motor, sengaja menerjang traffic light, melempari batu lampu-lampu lalu lintas, mencoret-coret cermin cembung pembelokan, menuliskan namanya di tempat-tempat umum.

Hadir dorongan pemicu mengapa remaja Makassar sesadis ini! Kita bisa berhipotesa bahwa pendidikan formal tak sanggup lagi mengapresiasi gejolak kejiwaan remaja di sini, bisa jadi mereka frustrasi akan beban pembelajaran di sekolah hingga mereka memilih drop out. Faktor predisposisi lainnya yakni kesemrawutan Kota Makassar, kota ini telah bergeser dari kota yang relatif tenang, menjadi tempat tinggal yang sangat meresahkan. Bahkan semalampun, penulis 'dipermainkan' oleh 5 (lima) pelaku geng motor, mereka bergantian menempel kendaraanku. Nampaknya ia memancingku untuk memberikan respon negatif, namun penulis tersenyum ikhlas kepada mereka. Lalu, mereka pada tancap gas sekeras-kerasnya. Lalu, saya berkesimpulan: Anak-anak ini butuh kasih sayang dan perhatian.

Dari kejauhan, mereka masih nampak beriringan, meliuk-liukkan motor tanpa lampu, tanpa sign. Nyaris seorang dari mereka terjatuh akibat terhimpit dua mobil. Ia paksakan masuk di celah kedua mobil itu dan ia rem 'mati', hingga ia nyaris gagal kendalikan motor tipe bebek itu.

Dilemma Polisi

Telah berpuluh kali, polisi di Makassar melarang aksi-aksi geng motor, ditiap sudut jalan raya terpajang spanduk-spanduk yang menyatakan bahwa geng motor adalah tindakan kejahatan, mari kita perangi bersama. Spanduk itu jelas-jelas terpajang di persimpangan empat di bilangan Keluarahan Daya, Makassar. Ironisnya, kian dihimbau, dilarang, dididik. Malah kian melonjak aksinya.

Polisi di sini sudah digugat bahkan segelintir warga berharap kepolisian langsung tembak mati di tempat para pengonar jalan raya bernama geng motor itu. Jelas sungguh menggangu ketertiban umum, mengancam stabilitas keamanan regional yang telah diberitakan berpuluh-puluh kali di media nasional. Apa daya, polis dihadapkan pada apa yang disebut Pelanggaran HAM. Dengan sikon ini, tervokalkanlah suara-suara sumbang bahwa geng motor di-back up polisi. Pertanyaannya apa untungnya polisi melindungi pembunuh?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun