Mohon tunggu...
Arsyad Maulana
Arsyad Maulana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti dan mahasiswa Ph.D di UST, Korea Selatan

Menyukai banyak hal, termasuk matematika, sains, komputer, filsafat, agama, dsb. Belajar sepanjang hayat demi bisa membaca seluruh realita yang diciptakan-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[:\propagator]

13 Februari 2023   17:00 Diperbarui: 13 Februari 2023   17:05 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Nikoli Afina on Unsplash   

Jutaan diri yang berasal dari satu menginfeksi dunia-dunia yang didiami kehidupan. Kemampuan mereka untuk bereplikasi hingga tak berhingga membawa horor kepada dunia. Setiap kehancuran satu dunia berarti kelahiran propagator-propagator baru. Mereka adalah musuh alami kehidupan yang bisa membinasakan seluruh daratan dan perairan; eksistensi yang berdiri di puncak piramida hayati. Propagator tak mengenal empati.

.

Galenia telah hidup cukup lama di bawah teror para propagator. Dulu ia hanya tertunduk pasrah melihat jasad-jasad yang bergelimpangan tanpa darah. "Propagator jangan menyerang." Galenia sempat mencoba bernegosiasi sebagai solusi terakhir. Namun, propagator tak memiliki telinga untuk mendengar. Propagator tak mengenal negosiasi.

.

Galenia sadar bahwa keadaan kaumnya takkan berubah hanya dengan pasrah. Dengan mengasah inteligensi, mereka bertahan dari teror para propagator dan bermaksud menghentikan mereka. Jangankan dihentikan, eksistensinya dibinasakan tak bersisa pun propagator merasa tak mengapa. Propagator tak mengenal esensi.

.

Namun, bahkan eksistensi hayati tanpa inteligensi paling remeh seperti bakteri yang melayang di perairan pun bertahan hingga kini. Dengan kekuatan sedahsyat itu, lantas apa yang sebenarnya menghentikan mereka? Keseimbangan dunia yang menahan replikasi tak berbatas propagator masih menjadi misteri bagi Galenia. Propagator tak mengenal dominasi.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun