Mohon tunggu...
Arsyad Maulana
Arsyad Maulana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti dan mahasiswa Ph.D di UST, Korea Selatan

Menyukai banyak hal, termasuk matematika, sains, komputer, filsafat, agama, dsb. Belajar sepanjang hayat demi bisa membaca seluruh realita yang diciptakan-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[:\entropi]

12 Februari 2023   18:00 Diperbarui: 12 Februari 2023   17:57 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by cottonbro studio: https://www.pexels.com/photo/white-dust-particles-on-black-background-9665187/ 

Partikel yang menyusun gas dalam tabung tidak tahu menahu bahwa mereka mengalir menuju kekacauan yang pasti. Partikel yang menyusun permukaan lautan tidak tahu menahu bahwa bereka terbang menjadi awan karena kekacauan. Pun manusia yang menyusun peradaban, juga menuju peningkatan entropi karena hukum dunia yang tak terbantahkan. Namun, tak seperti partikel penyusun alam yang berserah diri pada alur semesta, Clausius menyadari akhir dari manusia melalui kognisi.
.
Hanya ada dua resolusi yang mungkin dituju peradaban setelah mencapai klimaksnya: kehancuran atau kehancuran total. Ia yang juga dikenal sebagai sang teknisi dulu bertekad untuk melawan hukum entropi dengan menyelami alam jiwa untuk memperbaiki inti manusia. Namun, inti yang bergerak acak adalah inti kosong yang menyisakan cangkang fisik yang disebut naluri hewani.
.
Clausius tidak mampu memperbaiki kekosongan; maka ia tidak bisa melawan hukum entropi. Setidaknya, jika ujung akhir dari segala keberadaan adalah kekacauan yang pasti, maka pangkal mula dari segalanya adalah kemahateraturan. Sang teknisi hanya akan menjaga inti yang masih berisi dari kebocoran menuju kehampaan absolut. Ia membiarkan kehancuran untuk mencegah kehancuran total.
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun