Partikel yang menyusun gas dalam tabung tidak tahu menahu bahwa mereka mengalir menuju kekacauan yang pasti. Partikel yang menyusun permukaan lautan tidak tahu menahu bahwa bereka terbang menjadi awan karena kekacauan. Pun manusia yang menyusun peradaban, juga menuju peningkatan entropi karena hukum dunia yang tak terbantahkan. Namun, tak seperti partikel penyusun alam yang berserah diri pada alur semesta, Clausius menyadari akhir dari manusia melalui kognisi.
.
Hanya ada dua resolusi yang mungkin dituju peradaban setelah mencapai klimaksnya: kehancuran atau kehancuran total. Ia yang juga dikenal sebagai sang teknisi dulu bertekad untuk melawan hukum entropi dengan menyelami alam jiwa untuk memperbaiki inti manusia. Namun, inti yang bergerak acak adalah inti kosong yang menyisakan cangkang fisik yang disebut naluri hewani.
.
Clausius tidak mampu memperbaiki kekosongan; maka ia tidak bisa melawan hukum entropi. Setidaknya, jika ujung akhir dari segala keberadaan adalah kekacauan yang pasti, maka pangkal mula dari segalanya adalah kemahateraturan. Sang teknisi hanya akan menjaga inti yang masih berisi dari kebocoran menuju kehampaan absolut. Ia membiarkan kehancuran untuk mencegah kehancuran total.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H