Mohon tunggu...
Arsyad Maulana
Arsyad Maulana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti dan mahasiswa Ph.D di UST, Korea Selatan

Menyukai banyak hal, termasuk matematika, sains, komputer, filsafat, agama, dsb. Belajar sepanjang hayat demi bisa membaca seluruh realita yang diciptakan-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[:\gravitasi]

8 Februari 2023   18:00 Diperbarui: 8 Februari 2023   17:58 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua yang mati mengenal kejatuhan. Semua yang hidup mengenal kejatuhan. Segala dunia mengenal keruntuhan. Seluruh bintang akan berakhir ambruk dalam gravitasinya sendiri. Kejatuhan adalah bahasa yang dimengerti semua keberadaan yang termaterialisasi.
.
Untuk berlepas diri dari penghinaan ini, Antari terbang mengangkasa. Ia meninggalkan sebuah dunia yang runtuh karena gravitasi. Tanpa terikat lagi dengan masa lalu dan dunianya, Antari terus bergerak di antara dunia-dunia. Di tempat yang gelap dan tidak mengenal mata angin, Antari hanya tahu bergerak maju. Ia melaju bersama partikel-partikel cahaya yang menari mencari tepian semesta untuk sepenuhnya terlepas dari hukum dunia yang disebut kejatuhan.
.
Biarpun begitu, dunia-dunia selalu berhasil menjatuhkannya sekali lagi. Bahkan cahaya yang telah mengembara jutaan tahun sebelum Antari dan memantul tak hingga kali selalu menemukan peristirahatan terakhir di dalam lubang hitam. Sudah berapa tahun lamanya, sudah berapa ribu kali Antari terjatuh di dunia-dunia, ia tak lagi menghitungnya. Namun, setiap kali Antari terjatuh, ia selalu memiliki pilihan untuk menjadikannya peristirahatan terakhir atau terbang sekali lagi. Itu adalah bukti terakhir bahwa ia adalah eksistensi dengan kebebasan kognisi.
.
Antari tahu bahwa ia akan menemukan akhir, seperti cahaya-cahaya pengembara itu. Namun, apakah itu sebelum atau setelah mencapai tepian semesta, siapa yang tahu.
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun