Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bunda Fatimah, Sosok Wanita Desa yang Yakin dengan Petuah Orang Tua

22 Desember 2019   04:01 Diperbarui: 22 Desember 2019   07:30 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunda Fatimah (tengah) bersama dua buah hatinya (Dok. pribadi)

Bertemu dengan perempuan yang satu ini, selalu saja dipenuhi dengan suasana riang, dan kesumpekan dalam hati pun lenyap seketika karenanya. Selain tak pernah melihat ada mendung di wajahnya, ia pun memang memiliki selera humor yang menghibur orang di sekitarnya. Sehingga selalu saja membikin senang hati orang yang mengenalnya.

Padahal sesungguhnya ia bukanlah seeorang pelawak, atawa komika di acara stand up comedy yang lagi nge-trend sekarang ini. Fatimah (55), dan oleh anak-anak maupun teman-temannya selalu disapa "Bunda Fatimah", hanyalah sosok wanita di pelosok desa belaka.

Hanya saja di balik keceriaan yang selalu ditampilkannya, saya menduga sekedar upaya untuk menyembunyikan segala persoalan hidup yang selama ini tak pernah lepas dari kesehariannya.

Betapa tidak, pada tahun 2006 lalu suami Fatimah yang dicintainya, meninggal dunia setelah selama enam bulan sakit kanker hati yang dideritanya. Padahal ketika itu dua buah hati dari pernikahannya, Dicky Maulana, anak pertamanya,  baru duduk di bangku kelas satu SMA, dan yang bungsu, Hani Maulida masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar.

Sejak itu, apa boleh buat, Fatimah harus menjadi seorang single parent, atawa orang tua tunggal  yang menghidupi dirinya sendiri, juga dituntut untuk merawat, dan membesarkan kedua anaknya yang masih membutuhkan perhatian dari orang tua.

Sementara peninggalan mendiang suami tercinta tidaklah cukup memadai bagi keluarga itu. Selain karena hanya seorang wiraswasta, usahanya pun semasa hidupnya hanya pedagang kecil saja.

Oleh karena itu Fatimah harus menyingsingkan lengan baju. Dirinya bertekad untuk menjadi seorang ayah sekaligus seorang ibu bagi kedua anaknya itu.

Inspirasi dari Kegiatan PKK

Semenjak masih gadis, Fatimah seorang yang aktif di tengah masyarakat memang. Selain aktif di perkumpulan Karang Taruna, ia pun menjadi kader pendidikan kesejahteraan keluarga (PKK) di Desa dan Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Demikian juga ketika sudah berumah tangga, Fatimah tetap aktif sebagai kader PKK yang menitikberatkan berbagai pelatihan keterampilan terhadap kaum perempuan, agar mampu hidup mandiri sebagai upaya membantu penghasilan suami yang menjadi tulang punggung keluarga.

Berbekal keterampilan membuat aneka makanan, dan berbagai jenis masakan, Fatimah mencoba peruntungan untuk berwirausaha demi menyambung kehidupan bersama dua orang buah hatinya.

Selain menerima pesanan kue untuk hari raya, atawa melayani pesanan katering  untuk kegiatan rapat-rapat di kantor desa dan kecamatan, terkadang ia pun menerima panggilan sebagai juru masak dari orang yang akan hajatan.

Berkat ketekunan, dibarengi ketegaran hatinya, hingga saat ini usahanya itu, ternyata berbuah manis juga. Anak sulungnya, Dicky Maulana, menjadi seorang pedagang hasil bumi di pasar desa Pagerageung. Sementara Hani Maulida, sebentar lagi akan diwisuda sebagai sarjana pendidikan jurusan bahasa Inggris dari Universitas Islam Negeri Gunung Jati, Bandung.

Ihwal Dicky yang hanya sampai SMA saja, bukannya Fatimah tidak menyuruhnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Bisa jadi Dicky sebagai anak pertama tidak tega dengan perjuangan ibunya. Ia berkeras hati untuk berwirausaha saja. Demi membantu ibu tercinta, dan mendukung adik tersayang meraih pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Terlebih lagi, sejak 2011 lalu beban Fatimah sebagai single parent bertambah dua orang anak yang harus dirawatnya. Ia mengangkat anak dari mendiang adik kandungnya yang meninggal dunia saat menjadi TKI di Arab Saudi. Sementara ayah kedua anak itupun sama seperti suami Fatimah, sudah meninggal dunia saat kedua anaknya masih kecil.

Bahkan belum lama ini, Riska Amelia (22) anak angkatnya itu baru saja diwisuda sebagai sarjana  jurusan pendidikan guru sekolah dasar PGSD) dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Sementara adiknya masih mengenyam pendidikan di SMA Islam Cipasung, Tasikmalaya, sambil menimba ilmu agama di pesantren yang pernah dipimpin almarhum KH Iljas Ruchiat, mantan Rois 'Am Nahdatul Ulama itu.

Bunda Fatimah sekeluarga usai Riska Amelia diwisuda (Dok. pribadi)
Bunda Fatimah sekeluarga usai Riska Amelia diwisuda (Dok. pribadi)
Tabah Menghadapi Godaan

Sebagai seorang perempuan yang normal, Fatimah tidak mengingkari dalam hatinya, terkadang terbersit juga hasrat untuk memiliki pendamping yang menggantikan mendiang suaminya.

Terlebih lagi, seperti akunya, selama ini banyak pria yang datang, dan mengajaknya untuk menuju pelaminan. Untuk membina kehidupan baru, tentu saja, setelah sekian lama hidup menjanda.

Akan tetapi, kendati demikian di sisi lain dalam hatinya selalu saja muncul kekhawatiran. Lelaki itu tidak mampu memberi kasih sayang bagi anak-anaknya. Bahkan jangan-jangan tidak memiliki tanggung jawab sebagaimana yang diharapkan.

Sehingga dengan kesibukan sehari-hari yang banyak menyita waktu dan tenaga itu, paling tidak dapat memadamkan gejolak hatinya. Terlebih lagi jika sudah berada di tengah-tengah sesama rekan kader di desanya, segala resah dan gelisah pun selalu sirna, berganti tawa riang gembira.

Begitu juga dengan kegiatan pengajian rutin yang selalu diikutinya di majlis taklim, akan membuatnya semakin yakin, dan percaya diri. Allah akan tetap bersamanya. Dalam suka maupun duka.

Pesan yang Selalu Terngiang

Tekad untuk mengantarkan anak-anaknya sukses dalam kehidupannya, adalah dengan merawat dan mendidiknya dengan penuh perhatian yang dibarengi kasih sayang yang tiada pernah lekang.

Apa lagi bila teringat dengan yang pernah dikatakann almarhumah ibunya yang hingga sekarang masih selalu terngiang di telinga Fatimah, "Mewariskan ilmu kepada anak-anak, lebih bernilai daripada mewariskan harta benda."

Kata-kata tersebut memang begitu besar maknanya. Sekarang ini iapun telah membuktikannya. Meskipun merawat dan mendidik anak-anaknya hanya seorang diri, Fatimah, atawa Bunda Fatimah telah mampu mengantarkan buah hatinya menuju kehidupan yang membuatnya bangga, dan bahagia. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun