Terlebih lagi dengan maslah biota laut yang saat ini diperbincangkan. Hal tersebut memang tidak akan lepas dari ekologi dan ekosistem di dalamnya.
Apabila penangkapan bibit lobster dilakukan dengan serampangan, maka kerusakan lingkungan sudah pasti akan menimbulkan persoalan baru yang menghadang.
Itu pula yang digarisbawahi Susi Pudjiastuti. Bagaimana pun sumber daya manusia (SDM) nelayan kita, dan bangsa Indonesia pada umumnya, dalam kenyataannya masih kurang kepeduliannya terhadap lingkungan hidup.
Kerusakan alam akibat dieksploitasi dengan semena-mena sudah bukan hal yang baru lagi. Sebagaimana hutan khatulistiwa di Indonesia ini yang konon menjadi paru-paru dunia, hampir setiap saat media memberitakan pembakaran hutan yang dampaknya tidak hanya dirasakan bangsa ini, melainkan negara jiran pun ikut juga merasakannya.
Demikian juga halnya dengan eksploitasi kekayaan sumber daya di lautan. Penangkapan ikan menggunakan cantrang oleh para pemodal besar, ditambah lagi serbuan nelayan dari berbagai negara tetangga yang begitu masif melakukan pencurian, hingga sekarang masih tetap menjadi persoalan yang menghadang.
Lalu sekarang ini kembali digaungkan Edhy Prabowo rencana ekspor bibit lobster. Maka suka maupun tidak, sudah pasti menuai polemik yang sulit dihindarkan. Terlebih lagi jika wacana itu tanpa penjelasan yang mendalam.
Oleh karena itu, apabila tidak ingin terjadi hiruk-pikuk di tengah publik, alangkah baiknya Edhy Prabowo bersikap lebih bijak lagi. Wacana itu sebaiknya jangan diumbar dulu. Akan lebih elok lagi untuk melakukan pengkajian yang mendalam. Sebagaimana yang diungkapkan Presiden Jokowi.
Pemerintah masih sedang melakukan pengkajian bersama para pakar, terkait rencana ekspor bibit lobster tersebut.
Jika demikian halnya, memang benar yang digembar-gemborkan Edhy Prabowo masih dalam tahap pengkajian. Artinya tidak melulu bicara untung-rugi, melainkan segala aspek yang di dalamnya yang mencakup dampak ekologi dan ekosistem kehidupan biota laut tersebut masih dalam tahapan yang dikatakan Presiden.
Sehingga pada akhirnya, publik pun tersenyum. Entah senyuman kecut, entah menyanjung. Seorang Edhy Prabowo mungkin masih demam panggung, tak menyangka akan mendapat kedudukan yang lumayan luhur. Atawa memang benar sebagaimana yang disangkakan publik, seorang Edhy sedang mencari panggung.
Paling tidak maksud hati hendak meniru Erick Thohir, sejawatnya di Kabinet Indonesia Maju, hanya saja strateginya itu justru malah menimbulkan kontroversi yang sama sekali tidak lucu. Lantaran terkesan hanya memikirkan keuntungan dirinya sendiri, dan melupakan nasib anak-cucunya  kelak di kemudian hari.***